Kisah Dokter Tirta, Dulu Jual Gorengan Kini Jadi Dokter dan Pengusaha Sukses
- Instagram @dr.tirta
VIVA – Dokter relawan sekaligus influencer, Tirta Mandira Hudi, atau lebih akrab disapa Dokter Tirta, memang dikenal sebagai dokter yang nyentrik dan gaul. Dengan tatanan rambut diwarnai, bertato dan gaya bicara yang ceplas ceplos, membuat banyak orang tidak percaya kalau dirinya seorang dokter.
Pebisnis sekaligus YouTuber, Rico Huang, berkali-kali bertanya pada Tirta, apakah dia benar-benar dokter sungguhan? Mengingat, Dokter Tirta lebih banyak terlihat sebagai pengusaha ketimbang menjalani perannya sebagai dokter. Lalu, beneran dokter enggak sih?
"Bener, asli, lulus. Jadi gua masuk Fakultas Kedokteran UGM 2009. Gua lulus cumlaude S1, 3,76 (IPK) di tahun 2013. Koas 1,5 tahun, sumpah dokter 2015. Sempat magang dinas di Puskesmas Turi sama Rumah Sakit UGM, 2018-2019. Gua memutuskan untuk fokus bisnis yang gua bangun," ujar Tirta di channel YouTube Rico Huang, dikutip VIVA, Kamis, 26 Maret 2020.
Dari pernyataan Dokter Tirta, Rico Huang menangkap, kalau setelah lulus kuliah kedokteran, Tirta baru menekuni bisnis. Padahal, influencer itu sudah menekuni bisnis sejak kuliah semester 1. Lalu, bisnis apa yang pertama kali ia jalani?
"Jual gorengan. Jadi gua simpelnya kayak gini. Gua kan anak tunggal. Bokap nyokap karyawan swasta bank yang enggak pernah usaha. Bener-bener karyawan. Ini banyak orang bilang, 'Ah, hoax nih. Tirta tuh orang kaya.’ Bukan," lanjut dia.
Kemudian, saat Tirta diterima di Fakultas Kedokteran UGM, ternyata, dia baru menyadari kalau kuliah di kedokteran itu tidak sebentar. Selain itu, ia juga diajarkan jika kelak menjadi seorang dokter, fokus utamanya harus menolong pasien, bukan mengharapkan uang.
"Dari situ gue mikir. Wah, panjang nih 6 tahun. Belum spesialis, belum gua harus nolong orang. Gua enggak bisa nih dapat duit dari sini. Gua pengin cari duit sendiri, ditambah gua pengon beli sepatu. Gua suka banget sepatu dari SMA kelas 1. Gua minta ama nyokap beli sepatu, ‘Mahal gila sepatu Rp2 juta. Apa itu?’. Ya udah, gua dibeliin Warrior ama Compass, sekarang viral kan, Compass zaman itu cuma Rp100 ribu," kata dia.
Tirta akhirnya memutuskan untuk berdagang. Dokter relawan itu melihat peluang di kampusnya. Ia melihat kebanyakan mahasiswa tidak sempat sarapan, karena masuk kuliah sejak pukul 07.00-15.00 WIB. Jeda juga hanya untuk beribadah.
"Ya udah, gua kulak (beli dari orang) gorengan Rp400 per biji. Karena kantin jauh, gua jual lima kali lipat lebih mahal. Jadi gua jam 4 pagi di Yogyakarta ada namanya Kalan Magelang di depan TVRI. Pasarnya itu. Kalau Minggu mobil bekas. Tapi kalau Senin sampai Jumat, jam 4 pagi tuh selalu jual gorengan murah," tuturnya.
Setiap hari, pria 29 tahun itu bangun jam 4 pagi untuk membeli gorengan, kemudian tidur dan belajar. Jam 7 pagi, ia langsung berjualan gorengan di kampusnya. Dan hal itu ia lakukan setiap hari. Meski diejek oleh teman-temannya, Tirta tetap konsisten menjalankannya.
"Cie anak kedokteran jualan gorengan. Udah, lo enggak usah jadi dokter aja. Jujur malu. Tapi kan bercandaan. Tapi gua konsisten, dan tiga bulan aja cuma dari jual gorengan gua dapet Rp16,5 juta cash. Gua mikir Rp16,5 juta diapain," kata Tirta lagi.
Setelah itu, ia terus mengembangkan usahanya dari mulai menjual Power Balance, jam Monol yang sangat terkenal saat itu, hingga kini sukses menjalani beberapa bisnis. Salah satunya bisnis cuci sepatu bernama Shoes & Care, dengan 47 cabang yang sudah tersebar di seluruh Indonesia.
Namun, bukan berarti ia mudah mendapatkan semua itu. Tirta juga pernah bangkrut dan gagal. Bahkan, pernah diusir satpam karena tidak boleh berjualan di area kampus. Namun, tidak ada hasil yang mengkhianati usaha bukan?