Berkat Limbah Tekstil, 10 Mahasiswa Ini Dikirim ke Thailand

Mahasiswa Indonesia pencipta Retote Project
Sumber :
  • VIVA.co.id/Adinda Permatasari

VIVA – Rasanya sedikit sekali anak muda yang mau peduli dengan sampah, apalagi terjun langsung mengatasi masalah sampah. Tapi, tidak dengan sekelompok mahasiswa berikut yang mengubah sampah menjadi benda bermanfaat.

Mereka adalah Afyan Cholil As’Ari, Mohamad Setiawan Novaldi, Rosadi Agung Nugraha dan Akbar Ghifari dari Institut Teknologi Bandung, Alfa Nadiya dari Universitas Gajah Mada, Jejem Nurwahid dan Rina Handayani dari Universitas Pendidikan Indonesia, Okta Widiawanti dari UIN Sunan Gunung Djati, Wanda Laras Farahdita dari Universitas Diponegoro, dan Mila Melyco dari Universitas Padjadjaran. Mereka membuat inovasi yang disebut dengan Retote Project.

Seperti namanya, proyek ini berupa pengolahan limbah tekstil yang diubah menjadi tote bag. Proyek ini tercipta dari keresahan mereka akan keberadaan sampah-sampah tekstil yang menumpuk di wilayah Soreang, Padasuka, Bandung.

"Wilayah ini penghasil limbah sampah terbanyak, 22 ton per hari," kata Okta kepada VIVA.co.id saat ditemui di Bangkok, Thailand, belum lama ini.

Biasanya, warga Soreang yang sebagian besar adalah memiliki usaha di bidang garmen, membakar kain-kain sisa produksi mereka. Setiap pagi para warga akan mengumpulkan uang bersama-sama untuk menyewa mobil yang mengangkut sampah.

Namun, cara penanganan sampah dengan cara dibakar ini tentu berdampak sangat buruk bagi lingkungan. Selain itu, asap pembakaran juga bisa menimbulkan masalah kesehatan bagi warga.

Maka, timbullah ide untuk mengolah sampah tekstil ini dengan cara lebih aman dan bisa bernilai ekonomi.

"Ke depan, kami juga akan membuat kerja sama supaya bisa membuat furnitur dari sisa tekstil dan isian bantal," kata Afyan menambahkan.

Inisiatif untuk mengolah limbah tekstil ini juga berhasil membawa kesepuluh mahasiswa ini pergi ke Thailand untuk mengikuti SCG ASEAN Camp. Mereka terpilih bersama dengan 63 mahasiswa lainnya yang berasal dari 7 negara di Asia Tenggara.

Hebatnya lagi, mereka juga tampil di hadapan berbagai delegasi dan tokoh penting dari seluruh dunia dalam forum SD Symposium di Bangkok. Bersama puluhan mahasiswa lainnya, mereka menyuarakan keresahan mereka akan masalah sampah.

Mimpi mereka untuk bisa memperbaiki lingkungan dengan konsep ekonomi sirkular tidak berhenti sampai di program ASEAN Camp. Di masa datang, para mahasiswa ini ingin bisa membuat inovasi serupa di wilayah lainnya.

Okta mengatakan, ke depan mereka berharap bisa memproduksi kantung belanja yang bisa dipakai berulang kali untuk didistribusikan ke berbagai minimarket atau supermarket di Indonesia.

"Dimulai dari hal kecil ini, kami berharap bisa mengubah banyak hal yang ada di Indonesia," ucapnya. (nsa)