Penyebab Suhu Terasa Lebih Dingin Akhir-akhir Ini

Ilustrasi udara dingin
Sumber :
  • Pexels/CahAnKhai

VIVA – Kondisi suhu di hampir semua wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) sangat dingin di malam hari pada akhir-akhir ini. Kondisi ini normalnya terjadi saat masuk musim kemarau.

Prakirawan BMKG BIL Praya, Herin Hutri Istyarini mengatakan, penyebab cuaca dingin di malam hari karena memasuki musim kemarau, langit menjadi cerah dan tidak ada tutupan awan. Sehingga, radiasi sinar matahari yang diterima oleh bumi pada siang hari akan diteruskan kembali ke luar angkasa pada malam harinya.

"Karena tidak adanya tutupan awan, maka radiasi matahari akan diteruskan secara besar-besaran ke luar angkasa yang berakibat suhu menjadi dingin," ujarnya, Sabtu, 22 Juni 2019.

Herin mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi perbedaan suhu di siang dan malam hari, serta mewaspadai potensi gelombang tinggi di Selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, Laut Sumbawa, Perairan Selatan Sumbawa, Samudera Hindia, Selatan NTB, dan Selat Sape.

Dia menjelaskan, secara umum pada musim kemarau maupun puncak musim kemarau, pola pergerakan massa udara dan angin berasal dan datang dari sebelah Tenggara (Australia).

"Secara klimatologis dan normalnya pola tekanan udara di wilayah Australia lebih tinggi dibandingkan di wilayah Asia pada saat musim kemarau. Kondisi saat ini di wilayah Australia berkisar 1.012 milibar (mb), sedangkan di wilayah Asia berkisar 1.006 mb," tuturnya.

Selisih tekanan udara yang cukup besar itulah yang meningkatkan dan menguatkan tarikan massa udara dan kecepatan angin di sekitar Indonesia, terutama di sebelah selatan khatulistiwa Indonesia, khususnya Nusa Tenggara. Namun tak cuma di NTB dan NTT, beberapa wilayah di Indonesia, seperti Bali dan Jawa juga mengalami suhu udara yang lebih dingin dari biasanya.

"Mengingat sifat massa udara yang bergerak dari daerah yang memiliki tekanan udara yang tinggi menuju daerah yang memiliki tekanan lebih rendah. Semakin tinggi selisih tekanan udara antara dua daerah, maka kecepatan gerak massa udara juga akan semakin tinggi," paparnya.

Dari pantauan BMKG BIL, pukul 14.00 Wita, Jumat, 21 Juni 2019, bertiup angin kencang di wilayah Bertais, Mataram. Angin tersebut bersifat lokal dan terjadi disebabkan adanya perbedaan suhu yang tinggi antara daerah dataran tinggi dan daerah dataran rendah. Sehingga memicu pola sirkulasi angin secara lokal yang berhembus dengan kecepatan kencang bersifat kering pada siang hari dan dingin pada malam hari. (mus)