Ini Sebabnya Tulisan Tangan Dokter Sulit Dibaca

Ilustrasi dokter.
Sumber :
  • www.pixabay.com/jennycepeda

VIVA – Jika Anda pernah memperhatikan tulisan tangan resep dari dokter atau melihat catatan saat Anda berkonsultasi, menyipitkan mata sekali pun tak akan menolong membuat tulisannya menjadi lebih jelas. Tulisan tangan jelek hampir seperti persyaratan untuk lulus kuliah kedokteran.

Bukan hanya orang dengan tulisan tangan buruk yang tertarik di bidang medis. Ruth Brocato, MD, dokter perawatan primer di Mercy Medical Center mengatakan, dia pernah memenangkan penghargaan keahlian menulis indah di sekolah hingga memiliki tulisan tak terbaca sama sekali sekarang.

"Saya tahu orang kesulitan menguraikan tulisan saya," ujar Brocato seperti dikutip dari Reader's Digest, kemudian menambahkan ia biasanya bisa membaca tulisannya.

Satu hal yang pasti, para dokter harus menulis lebih dari sekadar pekerjaan. Celine Thum, MD selaku Direktur Medis Paradocs Worldwide mengatakan bahwa dalam dunia medis, jika tidak didokumentasikan, maka itu tidak pernah terjadi. Apa pun yang Anda bicarakan di belakang pintu yang tertutup rapat harus ditulis untuk riwayat medis Anda.

Hari yang panjang ditambah dengan ribuan tulisan, sama dengan tangan yang sangat lelah. "Jika Anda menulis, benar-benar selama 10-12 jam sehari, dan Anda menulis dengan tangan, tangan Anda tidak bisa melakukannya," ujar Brocato.

Asher Goldstein, MD, dokter manajemen nyeri di Genesis Centers mengatakan bahwa kebanyakan tulisan tangan dokter semakin buruk seiring bergulirnya waktu dalam sehari. Sebab, otot tangan yang kecil menjadi kelelahan bekerja.

Jika dokter bisa menghabiskan waktu satu jam dengan setiap pasien, mereka mungkin bisa sedikit santai dan memberi istirahat untuk tangannya. Tapi kenyataannya, kebanyakan dokter buru-buru memanggil pasien selanjutnya. Misalnya, kata Brocato, satu pasien menghabiskan 15 menit untuk mendiskusikan delapan isu medis dan menanyakan pertanyaan penting tentang obat.

Dengan banyaknya pasien yang harus diperiksa dalam waktu terbatas, para dokter lebih mementingkan menangkap informasi daripada menyempurnakan tulisan.

Istilah yang harus dihadapi dokter juga memengaruhi tulisan yang jelek. Contohnya, bayangkan Anda mencoba menulis 'epididymitis' tanpa bantuan koreksi ejaan komputer.

"Kami memiliki banyak istilah teknis yang sulit ditulis. Anda terkadang mencoret-coret untuk menutupi kesalahan," ujar Thum.

Ditambah lagi, beberapa istilah yang benar-benar jelas bagi pakar medis mungkin malah membuat Anda garuk-garuk kepala. Misalnya, QD adalah singkatan untuk frase latin yang artinya 'satu kali sehari' dan TIS berarti 'tiga kali sehari'. Apoteker Anda akan tahu apa yang dokter maksud, tapi Anda mungkin hanya mengiranya coretan saja.

Brocato, yang sekarang lebih banyak mengetik, mengatakan bahwa para dokter sangat berhati-hati ketika menulis resep, satu huruf tak terbaca saja bisa menyebabkan konsekuensi besar. Misalnya, alih-alih menulis 'mg' atau 'mcg', dokter didorong untuk menulis 'miligram' atau 'microgram'.

Perbedaan kecil dalam tulisan yang ceroboh itu bisa menjadi kabar buruk dalam pengobatan. Laporan tahun 2006 menemukan bahwa lebih dari 7.000 orang meninggal dalam setahun karena kesalahan medis yang disebabkan tulisan tangan yang tak terbaca.

Tapi sekarang, para dokter mulai beralih ke catatan medis elektronik untuk menurunkan kesalahan dalam menerjemahkan tulisan. Beberapa negara bagian di Amerika Serikat bahkan secara legal mensyaratkan dokter mengirimkan resep secara elektronik daripada mengulurkan kertas dengan tulisan tangan. Namun, belum ada studi yang melihat apakah angka kematian tahunan dari kesalahan resep sudah menurun, tapi dokter setuju peluang terjadi kesalahan menjadi lebih sedikit.

"Segala hal jadi lebih terbaca dari yang sebelumnya," kata Goldstein.

Tentu saja, mengetik tidak selalu sempurna juga. Masih ada kemungkinan memasukkan, katakanlah 30 daripada 300, dan prosesnya lebih lambat daripada memberikan resep tertulis.