Meriahnya Kongres Kebudayaan Indonesia 2018
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
VIVA – Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) kembali digelar di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta sejak tanggal 5 Desember 2018 kemarin. KKI tahun ini ditargetkan untuk menghadirkan kebijakan strategis berupa Strategi Kebudayaan Nasional. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan (Dirjenbud) Kemdikbud RI, Hilmar Farid.
"Strategi kebudayaan ini terdapat di pasal 13 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan," demikian dikutip dari siaran pers yang diterima VIVA, Jumat, 7 Desember 2018.
Setidaknya, terdapat tiga hal utama yang menjadi tujuan KKKI 2018. Di antaranya adalah sebagai tempat membuat kebijakan, tempat untuk belajar dan menghadirkan ruang terbuka bagi publik.
Beragam agenda di dalam KKI menghadirkan para narasumber berkompeten dari berbagai bidang keilmuan dan profesi. Mulai dari kuliah umum, debat publik, diskusi inspirasi kerja budaya dan pidato kebudayaan. KKI akan berlangsung hingga Minggu, 9 Desember 2018.
Di hari terakhir penyelenggaraannya, KKI juga akan dimeriahkan dengan Pawai Budaya dengan peserta dari perwakilan 34 provinsi. Pawai budaya ini diselenggarakan pada hari bebas kendaraan bermotor Jakarta, yakni hari Minggu.
"Ini lebih tepat disebut dengan Pertunjukkan Seni Budaya Massal di jalanan. Karena akan menghadirkan 2.400 penampil. Ada juga dua ribu pesilat Tapak Suci yang ikut berpawai," ucap Hilmar.
Hal menarik lainnya dari gelaran ini ialah panggung Kubah Bambu karya Novi Kristinawati Sutono. Ia merasa tertantang untuk menggunakan bambu, yang seringkali disepelekan orang, menjadi sebuah karya instalasi raksasa.
"Material bambu layak dikembalikan menjadi bagian penting kebudayaan Indonesia," kata Novi.
Sebagai karya instalasi yang unik, panggung bambu karya Novi memiliki diameter 20 meter, tinggi 10 meter, dan menggunakan sekitar 1.400 bilah bambu. Panggung bambu KKI yang menyerupai kubah, ditutupi dengan materi transparan sebagai atapnya. Dalam proses pemasangan, Novi dibantu 17 orang dan membutuhkan waktu hampir dua minggu.
"Kekuatan bambu adalah ketika saya bisa memanfaatkan kelenturannya. Bambu berbeda dengan baja. Keunikan bambu adalah kelenturannya yang jadi kekuatannya," ujar Novi.
Lebih jauh, Hilmar mengatakan, bahwa KKI diharapkan bisa menjadi tempat interaksi bagi masyarakat untuk semakin mengenal budaya Indonesia. (csr)