Kisah Bos HR Blue Bird, Menantang Diri Sendiri Demi Ciptakan Perubahan

Indrijati Rahayoeningtyas, HR Director Blue Bird Group
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Bagi sebagian orang, bekerja adalah soal mencari uang dan mendapatkan jabatan setinggi-tingginya, tapi tidak demikian dengan Indrijati Rahajoeningtyas. Baginya, sebuah pekerjaan bukan hanya soal jabatan tinggi dan gaji selangit, melainkan soal bagaimana ia mampu membawa perubahan besar terhadap sebuah perusahaan.

Hal itu pula yang membuat lulusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) itu kini lebih memilih berkarier di dalam negeri dan di perusahaan nasional, dengan menjadi Director Human Resource Blue Bird. Padahal sebelumnya, perempuan kelahiran 3 September 1968 itu sudah banyak menghabiskan kariernya di perusahaan PT Unilever Indonesia dengan jabatan sebagai Corporate HR Service Manager hingga pernah ditempatkan di luar negeri.

Di perusahaan asal Belanda itu, Indri sendiri menghabiskan 13 tahun kariernya di bagian supply chain yang banyak didominasi oleh laki-laki. Namun dirinya lebih suka melihat dan membimbing seorang tumbuh dan berkembang dalam dunia profesional, sehingga mendorongnya nekat banting setir ke bagian pengembangan sumber daya manusia (SDM).

"Karena saya banyak berinteraksi sama orang dan terinspirasi lihat orang tumbuh dan berkembang. Waktu itu kita belum sangat fleksibel dalam menerima aspirasi karyawan. Dulu atasan saya bilang, 'kamu enggak usah macam-macamlah posisi mu sudah paling enak', tapi karena saya persistent (gigih) akhirnya saya dikasih izin," tutur Indri kepada VIVA di kantornya, Jakarta, belum lama ini.

Hal itu pula yang membawanya ke jabatan terakhir sebagai Corporate HR Service Manager. Namun, bekerja di perusahaan multinasional dengan lingkup yang sangat luas, membuatnya merasa tidak bisa banyak membuat perubahan besar.

"Saya itu ibarat memancing di kolam yang besar, tidak akan bisa membawa perubahan besar di sana. Saya mau tes diri saya, waktu itu enggak banyak orang yang mau keluar dari Unilever, apalagi untuk yang (sudah kerja) lebih dari 10 tahun," kata perempuan yang menyukai travelling ini.

Hal itu menantangnya dan akhirnya memilih untuk membawa perubahan besar di perusahaan lain. Pilihannya jatuh pada Bayer Indonesia. Selama kurang lebih tiga tahun berkarier di perusahaan farmasi asal Jerman, ia melakukan transformasi besar-besaran di bagian pengembangan SDM. Setelah merasa semuanya telah berjalan dengan baik, ia kembali memilih 'perahu' lain.

Menariknya, pilihan Indri kali ini justru jatuh pada Blue Bird Grup, sebuah perusahaan keluarga dalam negeri, yang memiliki kultur yang jauh berbeda dengan dua perusahaan sebelumnya. Namun justru hal itulah yang membuatnya tertarik dan tertantang.

"Banyak yang bilang ke saya, 'kamu itu look-nya aja Indonesia, tapi brain-nya multinasional. Apakah bisa survive di family dan local company. Tapi karena challenge-nya sangat atraktif, jadi saya bergabung di sini," ujar dia.

Namun, tujuannya masih tetap sama, yakni membawa perubahan besar untuk perusahaan di mana ia bekerja. Menurutnya, naik turun dalam sebuah karier adalah hal biasa. Baginya purpose-lah yang membuatnya tetap berada di jalan yang dipilihnya.

"When you already knows your ultimate purpose, you'll stay loyal with it. Jadi kita enggak akan ragu-ragu apa yang kita capai. Kita enggak akan ragu untuk melangkah," ucap Indri.