Kisah Pilu Wanita yang Melahirkan 44 Anak pada Usia 40 Tahun
- dok. Youtube
VIVA – Jika kebanyakan perempuan hanya memiliki dua atau tiga anak di usia 40 tahunan, maka di usia yang sama, Mariam Nabatanzi telah melahirkan total 44 anak.
Di desa asalnya, Kabimbiri, Uganda tengah, Mariam dikenal sebagai Nalongo Muzaala Bana (ibu anak kembar yang melahirkan kembar empat).
Dalam jangka waktu 18 tahun, wanita itu telah melahirkan enam kali kembar, empat kali kembar tiga, tiga kali kembar empat, serta beberapa kelahiran tunggal. Dari 44 anak yang dia lahirkan, 38 masih hidup hingga hari ini, kebanyakan dari mereka masih tinggal di rumah keluarga. Hebatnya sebagai ibu tunggal, Mariam mampu memberi makan keluarga besarnya.
Kehidupan Mariam tidak pernah mudah. Pada usia 12 tahun, ia menikah dengan seorang pria yang berusia 28 tahun lebih tua darinya. Mariam selamat dari upaya pembunuhan oleh ibu tirinya. Dia mengklaim bahwa wanita itu mencampurkan pecahan kaca ke dalam makanan untuk membunuh ia dan empat saudaranya.
Mariam selamat sebab saat itu ia sedang pergi, tapi orangtuanya tetap berusaha menyingkirkannya, dengan menikahi dia dengan seorang pria yang jauh lebih tua. Suaminya kerap menyiksa Mariam setiap kali dia mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak suaminya sukai.
Mariam melahirkan anak pertama kembar pada tahun 1994, ketika berusia 13 tahun. Dua tahun kemudian ia melahirkan kembar tiga, disusul kembar empat dua tahun berikutnya. Meski hal itu dianggap tidak lazim bagi banyak orang, tapi bagi Mariam itu bukan hal yang aneh. Sebab, ayah Mariam memiliki 45 anak dengan beberapa wanita, kebanyakan kembar dua, tiga hingga empat.
Dr. Charles Kiggundu, seorang ginekolog di Rumah Sakit Mulago, di Kampala, Uganda, mengatakan penyebab kesuburan ekstrem Mariam kemungkinan besar karena genetik. "Kondisi Mariam secara genetik mengarah pada ovulasi berlebih (beberapa sel telur dihasilkan dalam satu siklus), yang meningkatkan kemungkinan memiliki banyak anak kembar," katanya, dilansir dari Oddity Central.
Mariam awalnya menginginkan enam anak, tapi pada kehamilan ke-enam, ia sudah melahirkan 18 anak dan Mariam ingin berhenti. Maka ia pun pergi ke rumah sakit, tapi setelah serangkaian tes, menurut ginekolog merekayasa kesuburan bisa membahayakan nyawanya.
"Saya disarankan untuk terus melahirkan, karena menghambat kehamilan bisa membuat saya tewas. Saya sudah mencoba alat kontrasepsi IUD tapi saya jadi sakit dan muntah berlebihan hingga membuat saya koma selama sebulan," kata Mariam.
Alhasil di umur 23 tahun, Mariam sudah melahirkan 25 anak sehingga ia mencoba pergi 'berobat'. Masalah fertilitas ini akhirnya terselesaikan di Desember 2016, setelah ia melahirkan bayi terakhir. Dokter telah memotong rahim Mariam dari dalam.
Sulit membayangkan seorang ibu membesarkan 38 anak sendirian, tetapi Mariam berhasil melakukannya. Suaminya hampir tidak pernah ada, dan setiap kali ia datang, dia menyelinap di malam hari dan pergi sebelum anak-anak memiliki kesempatan untuk melihatnya.
Charles, 23 tahun, anak sulung Mariam, mengatakan terakhir kali ia melihat ayahnya ketika berusia 13 tahun, bahkan beberapa saudaranya belum pernah melihat rupa sang ayah.
Suami Mariam hanya pulang sekali dalam setahun, itu pun dalam keadaan mabuk dan ringan tangan. Ia sama sekali tidak menafkahi keluarga, sehingga Mariam yang menjadi tulang punggung.
"Saya menanggung semua ini karena tante saya memberi nasihat untuk selalu menjunjung pernikahan dan menjadikan anak-anak sebagai fokus. Dia menyarankan saya tidak memiliki anak dari laki-laki berbeda," katanya.
Demi menafkahi keluarga, Mariam bersedia melakoni segala pekerjaan. Dia meramu tanaman herbal untuk pengobatan, hal yang telah dilakukannya sejak belia. Ia juga melakukan pekerjaan lain seperti menata rambut untuk pernikahan serta mendekor untuk berbagai acara. Ia melakukan semua yang ia bisa demi keluarganya.
"Saya membiayai semua sendiri, setiap harinya saya membeli 10 kg tepung, 4 kg gula dan 3 batang sabun. Saya harus menghasilkan setidaknya Rp400 ribu untuk keperluan harian. Tuhan begitu baik pada saya, sehingga kami tidak pernah kelaparan."
Untunglah kini ada keberuntungan bagi Mariam. Setelah kisahnya muncul dalam Daily Monitor pada bulan April tahun lalu, penggalangan dana di GoFUnMe dibuka untuknya. Hasilnya pun menggembirakan, dana yang terkumpul mencapai US$100 ribu pada bulan pertama. .