Beneran Cinta atau Cuma Nafsu? Kenali Tanda-tandanya!
- Pixabay/jesicajaew
VIVA – Ketika tengah menjalani hubungan, sebagian orang mungkin pernah mengalami keraguan tentang perasaannya pada pasangan. Pertanyaan apakah alasan ia bertahan dalam hubungan itu benar-benar karena cinta, butuh, atau pengaruh faktor lain, misalnya dorongan nafsu belaka?
Rasa cinta yang murni dan nafsu pada hubungan adalah dua hal yang berbeda. Kabar baiknya, itu bisa diidentifikasi.
Seperti dilansir dari Huffinton Post, pada tahun 1990-an, tim peneliti yang dipimpin oleh antropolog biologi Helen Fisher meneliti ilmu di balik nafsu dan cinta. Mereka membagi cinta menjadi tiga kategori berbeda: nafsu, ketertarikan, dan keterikatan. Masing-masing aspek itu terkait dengan kimia otak.
Mereka menemukan bahwa nafsu, yang didorong oleh keinginan untuk kepuasan seksual, melepaskan hormon seperti testosteron dan estrogen yang meningkatkan libido seseorang.
Penelitian itu menggambarkan kegilaan yang melampaui seks. Misalnya, Anda tidak dapat berhenti memikirkan seseorang, Anda melamun tentang seseorang dan ingin menghabiskan waktu bersama mereka. Saat itulah neurotransmitter seperti dopamine dan norepinefrin dilepaskan, yang dapat menyebabkan perasaan gembira, kehilangan nafsu makan dan penurunan kebutuhan untuk tidur.
Kategori selanjutnya adalah keterikatan atau “kasih sayang dengan pasangan.” Jika dibandingkan dengan nafsu dan ketertarikan, keterikatan cenderung lebih aman dan langgeng. Ini melepaskan hormon seperti oksitosin dan vasopresin.
Selain kimia otak, bagaimana Anda bisa tahu apakah sensasi yang Anda rasakan lebih mengarah pada cinta, atau nafsu, atau sekadar tertarik saja? Untuk lebih memahami perbedaan ini, inilah yang dikatakan pakar hubungan.
Mereka mengatakan bahawa nafsu adalah tentang koneksi fisik. Sedangkan cinta adalah tentang hubungan emosional.
“Nafsu terasa seperti Anda sangat ingin berhubungan seks dengan seseorang. Cinta terasa seperti Anda ingin berhubungan seks dengan seseorang tapi secara emosional dekat dengan mereka juga," Dr. Judith Orloff, psikiater dan penulis buku hubungan.
"Cinta berarti Anda ingin menghabiskan waktu dengan pasangan Anda dan mendengarkan kebutuhan dan emosinya untuk merasa terhubung. Anda juga tertarik untuk bertemu teman-teman tercinta Anda. Nafsu berarti Anda lebih tertarik melakukan hubungan seks daripada melakukan percakapan intim atau bertemu teman orang tersebut," ujar Judith menambahkan.
Aspek waktu juga turut berperan dalam membedakan apakah perasaan itu cinta atau nafsu belaka. Hal ini dikatakan psikolog dan terapi seks, Janet Brito.
"Cinta berakar dalam kepuasan yang tertunda, sementara nafsu berakar dalam kesenangan instan. Nafsu terasa seperti berlari cepat, cinta terasa seperti maraton. Cinta berarti penerimaan; nafsu berarti kesenangan,” katanya.
Berdasarkan pernyataan dua ahli tersebut, rupanya bukan hal yang sulit untuk membedakan cinta yang murni dan nafsu semata. Setiap orang hanya perlu jujur dan berani mendengar hati nuraninya tentang ini.