Modal Nekat, Anak Muda Medan Hasilkan Karya Unik
- VIVA.co.id/Diza Liane Sahputri
VIVA – Memiliki kreativitas yang tidak biasa, membuat anak-anak muda mulai membangun usaha sendiri melalui karya buatan tangannya. Banyak juga yang menghasilkan pundi-pundi uang dari ragam karyanya tersebut.
David Widjaya, salah satu perajin doodle asal kota Medan mulai membuat karyanya sejak 2008. Meski saat itu sedang menjalani kuliah di jurusan Teknik Informatika, tak mengurungkan niat David untuk terus berkarya.
"Doodle itu gambar abstrak yang cenderung seperti kartun. Awalnya sering diminta teman bikinin pop-up card pakai gambar doodle ini untuk dikasih ucapan anniversary atau ulang tahun," ujar David, ditemui di Medan, beberapa waktu lalu.
Tak cuma kartu karya doodle David berkembang di atas bingkai foto dan baju, dari sini, karyanya semakin dikenal bahkan hingga ke luar kota dan memberi pemasukan lumayan untuknya.
"Memasarkannya lewat akun Instagram @DWSkellington yang dimulai dari nekat saja. Harapannya dengan join di MAKERFEST 2018, bisa punya toko offline atau bisa jadi brand nasional yang dikenal lebih luas," ujarnya.
Sama dengan yang dilakukan oleh Winna Nainggolan sebagai perajin kain ulos. Berbeda dengan karya kain ulos lainnya, Winna menargetkan karyanya tersebut untuk anak-anak muda.
"Ulos makin ke sini makin jarang dipakai karena dipakai pas pesta saja, jadinya numpuk di lemari. Kemudian, coba bikin tote bag dari kain ulos dan ternyata teman-teman kampus suka. Dari sini mulai coba jualin ke teman terdekat," ujar Winna.
Produk yang dinamakan Parnasib Etnik itu diambil dari bahasa Batak yang berarti memiliki nasib baik. Ragam produk khas milenial ia jajakan seperti outer kimono, sling bag, tali kamera, gelang, kalung, tas pinggang, dan notes kecil.
"Kami lihat barang-barang itu memang lagi eksis di dunia anak muda saat ini, apalagi kimono dan tas pinggang itu lagi happening banget. Semua produk ini dibuat dari kain ulos asli 100 persen, dengan harapan bisa terus membuat kain ulos terus dipakai anak muda," tuturnya.