Tips Belanja Hemat dari Psikolog untuk Pemboros Akut

Ilustrasi orang egois.
Sumber :
  • Pexels/freestocks.org

VIVA – Belanja merupakan salah satu kegiatan yang paling disukai sebagian besar wanita. Menurut psikolog Nadya Pramesrani, belanja memberikan dua dampak psikologis bagi pelakunya.

"Belanja ada dampak positif, yaitu memberikan rasa senang, saat membeli barang yang dimau, ada perasaan puas. Apalagi kalau dapat barang yang harganya bagus dan harganya lebih murah, ada kepuasan yang lebih tinggi lagi," ujar Nadya saat ditemui VIVA di Jakarta baru-baru ini.

Kedua, yaitu dampak negatif yang terkait dengan penyesalan setelah belanja. Ini biasanya terjadi ketika belanja secara impulsif.

Penyesalan karena belanja ini juga sering terjadi saat belanja online di mana banyak menawarkan kemudahan dalam hal pembayaran. Akhirnya, selain impulsif, belanja ini juga menyisakan utang.

"Bagaimana caranya jaga perilaku belanja online sehat adalah biasakan belanja dalam jumlah kecil," lanjut Nadya.

Berdasarkan data market research, nominal Rp100.000 sampai Rp300.000 merupakan jumlah yang kecil. Bagi masyarakat menengah, barang di atas Rp300.000 sudah dianggap mahal, selain pertimbangan merek dan kualitas.

Nadya menambahkan, jika saat belanja muncul pemikiran kedua, itu artinya tubuh Anda sudah memberi peringatan bahwa belanja Anda sudah terlalu banyak.

Di samping itu, Anda juga harus mulai membedakan mana belanja untuk kebutuhan dan keinginan. Nadya menyarankan, untuk membuat klasifikasi itu, coba tantang diri sendiri sebelum membeli barang.

"Tanyakan pada diri sendiri, penting atau tidak. Kalau tidak penting, apakah akan ada dampak atau tidak," kata Nadya.

Selain itu, saat akan membeli sesuatu, berpeganglah pada prinsip apakah barang tersebut akan memberikan manfaat atau sekadar lucu saja.