Desainer Ini Berkolaborasi, Angkat Pesona Etnik Dayak

Busana Terinsipirasi Etnik Dayak
Sumber :
  • ist

VIVA Lifestyle – Indonesia tidak kehabisan sumber untuk menjadi inspirasi. Mulai dari keindahan alam, sampai budaya yang ada di masing-masing daerah. Seperti yang ada di Dayak.

Corak dan motif khas daerah Dayak yang jadi inspirasi bagi dua desainer ini untuk mengangkatnya menjadi sebuah karya terbaru. Scroll selanjutnya ya.

Inspirasi etnik daerah itu, muncul dalam karya terbaru hasil kolaborasi Rose.Ma.Lina x Sofie, yang mengangkat pesona etnik Dayak dari Kalimantan. Pemilik brand fesyen, Sofie Design milik Hadriani Ahmad Sofiyulloh baru-baru ini meluncurkan karya terbarunya. Karya terbaru itu, ternyata berkolaborasi dengan brand fesyen Rose.Ma.Lina milik Vie Silvi.  

Tema yang diangkat dalam karya kolaborasi dua perancang busana ini, adalah Isen Mulang yang diambil dari bahasa Dayak bermakna pantang menyerah. Hadriani Ahmad Sofiyulloh atau yang lebih akrab disapa Sofie, menjelaskan asal-usul karya terbarunya kali ini. 

Busana Terinsipirasi Etnik Dayak

Photo :
  • ist

Ia mengaku, produk kolaborasi bersama Rose.Ma.Lina sepenuhnya terinspirasi dari pesona etnik Dayak khas Kalimantan. Tema Isen Mulang yang ditampilkan dalam karya busananya, menggambarkan anak muda Kalimantan yang pantang menyerah. Bisa menjalani hidup di era globalisasi yang serba modern dan maju. Namun tak melupakan kearifan lokal. 

"Saya menerjemahkan dalam karya ini, bahwa anak muda daerah mampu menerima budaya mana pun dalam arti yang positif. Tidak bertentangan dengan adat istiadat, serta tidak lupa unsur dan karakter budayanya. Intinya seperti itu," kata Sofie saat ditemui baru-baru ini.

Koleksi tersebut juga ditampilkn dalam agenda Fashion Show Spotlight Celebrating Diversity garapan Indonesian Fashion Chamber (IFC), Great Hall Pos Bloc Jakarta, baru-baru ini. Menurut Sofie, koleksi terbarunya bersama Vie Silvi mendapat respons positif dari pecinta fesyen Tanah Air. 

Karena terinspirasi dari budaya Dayak, seluruh konsep hingga bahan material produk ini diambil dari Kalimantan. Terutama material kain baik yang berbahan tenun, katun, satin, hingga sutra tafetta.

Busana Terinsipirasi Etnik Dayak

Photo :
  • ist

"Material bahan kain ada tenun khas Kalimantan dengan pewarnaan alam berbulan-bulan. Kebanyakan kalau memakai kain tenun kan sayang kalau dipotong yaa. Di sini saya buat kain tenun menjadi baju dengan look kekinian. Jadi tetap dipotong tapi dengan garis tegas, dan dikombinasikan dengan kain print dayak," katanya.

Untuk warna, ia memilih tampilan yang lebih natural dan alami. Warna tersebut antara lain hitam, cokelat, dan keemasan. Pilihan warna itu kata dia, menmpilkn look yang lebih elegan dan berkarakter. 

Selain itu, meski terinspirasi dari etnis lokal, tampilan karya busananya diterjemahkan dalam gaya urban dan modern. Serta dikeluarkan dalam jenis ready to wear yang mudah dipadu padankan. 

Karya kolaborasi Rose.Ma.Lina x Sofie meluncurkan 30 look dengan konsep ready to wear. Market segmen untuk koleksi terbaru ini, menyasar usia produktif di atas usia 25 tahun. Sofie mengaku hanya memproduksi sekitar satu lusin di setiap motifnya. Dengan harga 1 hingga Rp3 juta per produk.

Ia juga menyebut, tampilan etnik dan budaya daerah dalam karya busana dapat memperkaya ragam mode dalam industri fesyen nasional. Sekaligus memperkenalkan orisinalitas fesyen lokal ke pasar internasional. Dari segi ekonomi, juga menguntungkan karena mampu menghidupkan ekonomi daerah. 

"Indonesia dengan kekayaan budayanya, memiliki wastra kain dari Sabang sampai Merauke. Ketika unsur daerah diangkat, maka ekonomi lokal juga pasti akan hidup," katanya.