Berawal dari Saling Bantu, Brand Fashion Ini Tercipta Saat Pandemi

Pristie Aprilla
Sumber :
  • IG @pristyyy

VIVA – Pandemi berdampak ke sektor ekonomi dan banyak bidang pekerjaan, salah satunya penjahit. Hal itu yang mengusik Pristie Aprilla. Awalnya, ia dihubungi salah satu penjahit langganannya bernama Pak Andik.

Pak Andik mengaku pekerjaannya sangat terdampak sejak pandemi. Sebagai penjahit rumahan, Pak Andik tidak lagi mendapat pemasukan seperti biasa. Pelanggan yang biasa menjahit seragam sekolah atau kantor, atau pakaian sehari-hari kini tidak datang semenjak COVID-19 masuk ke Indonesia.

"Sebelum pandemi banyak yang jahit ke Pak Andik. Semenjak pandemi gak ada yang jahit jadi menurun, penjahit itu WA aku, baru kali ini dia gitu. Akhirnya cerita, gak ada yang jahit lagi ke dia, sampai dia banting harga," kata Pristie Aprilia saat berbincang dengan VIVA melalui telepon, baru-baru ini.

Pristie akhirnya mengirimkan bahan untuk dijahit sesuai model yang diminta. Ia mengunggah foto tersebut itu ke akun Instagram pribadinya. Rupanya banyak yang menyukai dan menanyakan baju tersebut.

"Posting di sosmed bajunya banyak yang suka, sempat kepikiran jualan aja, tapi takut gak ada yang beli. 2 bulan kemudian si bapak WA lagi, 'mau jahit lagi gak?', kayaknya terdampak banget berarti kan," ujar Pristie.

Pristie memutuskan untuk membuat brand bernama Soca yang diambil dari kata Social Cause. Ia ikut tumbuh dan belajar seiring dengan brand tersebut. Baginya, pandemi bukan hanya disesali tapi juga mengambil hikmah dengan cara melakukan dan belajar hal baru.

"Semuanya benar-benar sendiri, aku jadi termotivasi. Dari yang gak tau, jadi milih bahan, jadi ngerti, learning by doing, pandemi bikin belajar hal baru," ucap Pristie.

Segala proses menjahit dilakukan tanpa bertemu dengan Pak Andik. Meski begitu, komunikasi tetap terjalin lancar dan tidak menemui kendala berarti. Begitu pula dengan cara penjualan. Pristie memilih menjual karyanya dengan cara daring melalui akun Instagram @soca.theband.

Baju-baju dari Soca dijual dengan harga Rp125 ribu sampai sekitar Rp200 ribu. Pengemasan juga tidak menggunakan plastik agar ramah lingkungan. Pristie bersyukur idenya bisa bertahan sampai saat ini dan bisa membantu orang sekitar.

"Akhirnya keterusan sampai sekarang. Aku lagi bikin koleksi baru, dan bersyukurnya si bapak sekarang sampai mengajak anaknya yang masih SMA untuk bantu jahit dan hasilnya rapih," kata Pristie.