Dua Negara Ini Jadi Kiblat Fesyen Wanita Tanah Air

Model memperagakan karya perancang Lulu Lutfi Labibi pada ajang Jakarta Fashion Week 2018 di Senayan City, Jakarta, Selasa (24/10).
Sumber :
  • ANTARA/Puspa Perwitasari

VIVA – Tiap negara memiliki padu-padan fesyen yang berbeda-beda. Dunia fesyen luar negeri biasanya berkiblat pada Amerika dan Eropa, namun dua negara tersebut ternyata kurang sejalan dengan budaya Indonesia.

"Kalau brand atau merek luar kiblat fesyennya lebih ke Amerika dan Eropa, itu bentuk pakaiannya beda dengan Indonesia. Hong Kong dan Singapura lebih dijadikan kiblat fesyen karena mirip dengan Indonesia," ujar CEO Berrybenka, Jason Lamuda, ditemui di pembukaan Flagstore Berrybenka, Central Park, Jakarta, Jumat 4 Mei 2018.

Ia menjelaskan, pecinta fesyen di Indonesia tidak bisa mengenakan sesuatu yang terbuka dikarenakan budaya dan aktivitasnya yang serba aktif. Biasanya, produk yang lebih diminati pecinta fesyen Tanah Air yaitu jaket.

"Banyak wanita yang ke mana-mana naik angkutan umum atau ojek online, jadi enggak bisa serba terbuka. Mereka lebih butuh jaket yang bisa menutupi sekaligus stylish," kata dia.

Tak hanya itu, pakaian high fashion juga cenderung dijauhi oleh kaum wanita di Tanah Air. Pecinta fesyen Tanah Air cenderung menyukai sesuatu yang terlihat berkelas namun tidak berlebihan.

"Anggap panutan fesyen sekarang adalah Kylie Jenner. Tapi di Indonesia enggak bisa pakai baju seterbuka itu. Jadi disiasati dengan beberapa potongan yang mirip dan bukan high fashion, serta tertutup," kata dia.