Ribuan Warga Semarang Mengarak Naga Berkaki Kambing

Para pelajar mengarak Warak Ngendog (boneka berkepala naga, berbadan buraq, dan berkaki kambing) sebagai bagian dari Karnaval Dugderan menyambut Ramadan di Semarang pada Rabu, 24 Mei 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id - Lebih 14.000 siswa di Kota Semarang merayakan tradisi Dugderan untuk menyambut Ramadan. Karnaval Dugderan digelar serentak di Lapangan Simpang Lima Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu, 24 Mei 2017.

Perayaan Dugderan pelajar itu diramaikan dengan sejumlah hal unik. Mulai kostum yang dikenakan hingga karnaval mengarak simbol Dugderan berupa Warak Ngendog. Para pelajar kompak mengenakan kemeja koko dan sarung melingkar di leher, hingga kostum karnaval terbuat dari kertas koran dan pepohonan.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, didapuk menjadi pemimpin upacara Dugderan. Ia mengapresiasi semangat ribuan pelajar yang antusias meramaikan tradisi khas Kota Semarang itu. "Pawai Dugderan ini luar biasa," kata wali kota.

Sebelum pawai dimulai, para peserta juga menarikan tarian Gambang Semarang. Mereka juga menggotong warna-warni kembang manggar sebagai simbol keberagaman di kota lumpia itu.

Selain itu, berbagai simbol untuk menarik perhatian dibawa ribuan peserta, yakni patung Hanoman membawa durian, kuda lumping, dan atraksi Liong. Dentuman dari sejumlah kelompok drumband juga mengiringi rangkaian karnaval.

"Untuk menyiapkan baju adik-adik ini, misal, satu orang seratus ribu rupiah. Kira-kira ini sudah satu setengah miliar rupiah. Belum konsumsi dan transportasi. Luar biasa nilai ekonomi karnaval Dugderan ini," katanya.

Warak Ngendog, kata wali kota, adalah simbol keberagaman. Hewan ikonik berbentuk kepala naga adalah menggambarkan budaya Tionghoa. Badan buraq menggambarkan budaya Arab. Sementara itu, empat kaki kambing mencerminkan budaya Jawa.

"Simbol ini menyatu dan beriringan sebagai simbol keharmonisan seperti yang kita cita-citakan selama ini," ujarnya.

Tema karnaval Dugderan tahun ini adalah “Dugderan Meneguhkan Tekad Meraih Semarang Hebat”. Tema mengandung arti agar seluruh warga Semarang menyatukan hati dan meneguhkan tekad untuk bersama membangun menuju masyarakat sejahtera.

Tradisi Dugderan di Semarang digelar selama dua kali. Selain hari ini, karnaval akan dihelat lagi di Balai Kota Semarang pada Kamis, 25 Mei 2017.

Prosesi utama karnaval Dugderan adalah penyerahan Suhuf Halaqoh dari ulama di Masjid Kauman kepada wali kota selaku Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat. Suhuf itu akan dibacakan kepada seluruh warga dilanjutkan pemukulan bedug disertai suara meriam yang menjadi asal kata Dugderan.