Bimbim Slank Ingin Pramuka Ditanamkan Revolusi Mental

Slank pada puncak acara peringatan Hari Pramuka di Jawa Timur
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Nur Faishal

VIVA.co.id – Grup band rock Slank menghibur ribuan penegak dan pandega Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Jawa Timur. Penampilan mereka berlangsung di Dermaga Madura Komando Armada TNI Angkatan Laut Wilayah Indonesia Timur di Surabaya, Minggu, 4 September 2016. 

Memakai dasi merah putih khas pramuka, para personil Slank tampak bangga mengikuti jalannya acara.
 
Drummer sekaligus pendiri Slank, Bimo Setiawan alias Bimbim mengatakan Pramuka adalah wadah yang mampu mencetak generasi berkarakter dan bermental bagus. Kata dia, Pramuka semacam jembatan bagi Indonesia agar revolusi mental mudah dilakukan.

“Revolusi mental yang paling gampang masukin saja ke Pramuka sejak dari kecil,” katanya setelah turun panggung.
 
Saat ini, Indonesia membutuhkan generasi bermental Pramuka. “Sekarang negara kita kan banyak bencana, banyak gempa. Pramuka tanggap soal-soal itu. Sementara kita masih enggak disiplin, masih kurang sabar, enggak mau antre. Tapi kalau Pramuka, saya kira terlatih soal itu,” ungkapnya.
 
Bimbim berharap, mereka yang aktif di Pramuka tidak hanya bangga dan merasa gagah karena memakai seragam Pramuka. Tapi mampu menghayati nilai-nilai yang ada di Pramuka, untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
 
Pada kesempatan ini, Ketua Pramuka Kwarda Jawa Timur, Saifullah Yusuf, mengatakan bahwa pada dasarnya Pramuka bukan hanya milik penegak, pandega, dan pemerintah. Pramuka adalah milik rakyat. Karena itu, dia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjiwai nilai ke-Pramuka-an dalam kehidupan sehari-hari. 

“Hari Pramuka sebetulnya tanggal 14 Agustus. Tapi karena alasan sesuatu dan lain hal, baru dilaksanakan hari ini,” katanya dalam sambutan.
 
Selain Slank, peringatan Hari Pramuka ke-55 di Jawa Timur juga dihadiri Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, dan Panglima Armada Indonesia Timur Laksamana Muda TNI Darwanto.
 
Sayang, petugas keamanan dari protokoler Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, terlalu ketat membatasi wartawan untuk meliput dari dekat jalannya upacara. Bahkan, awak media juga dilarang mengambil gambar Puan Maharani, termasuk tim dokumentasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang akan mengambil gambar gubernur.

(ren)