Menstruasi Lebih Lama Bisa Jadi Gejala DBD
- U-Report
VIVA.co.id – Saat musim hujan, penyakit demam berdarah jadi momok penduduk di negara beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Bahkan tak jarang, eskalasi yang terjangkit meningkat dari tahun ke tahun. Sayangnya 97 persen masyarakat Indonesia dianggap belum paham soal gejala penyakit ini.
Penelitian yang dilakukan GSK Consumer Healthcare Indonesia sebelumnya menyebutkan ada tiga gejala demam berdarah dengue (DBD). Namun ternyata, gejalanya lebih beragam.
Setidaknya ada 6 gejala infeksi virus dengue antara lain demam tinggi lebih dari 38,5 derajat celsius kurang dari 7 hari, ruam pada kulit, nyeri pada kepala, nyeri belakang mata, nyeri otot dan nyeri sendi.
Namun gejala itu akan diikuti pula dengan rasa mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan seperti mimisan, muntah kehitaman, BAB hitam, menstruasi, dan yang terakhir adalah adanya kasus dengue di lingkungan sekitarnya. Namun untuk perdarahan, Guru Besar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Prof. Dr. dr.Sri Rezeki Hadinegoro dinilai perlu memperhatikan gejala dari menstruasi.
"Pada perdarahan, yang perlu diperhatikan adalah pada anak perempuan yang sudah menstruasi karena perdarahan bisa terjadi dalam bentuk darah menstruasi. Kalau menstruasi diikuti demam dan yang biasanya hanya berlangsung berapa hari, perdarahan menstruasi masih berlanjut lebih lama dari biasanya," kata Sri Rezeki Hadinegoro dalam acara peluncuran Gerakan Nasional "Bersama Melawan Demam Berdarah" di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis 3 Maret 2016.
Para orang tua disarankan lebih waspada. Apalagi kalau anak tersebut memang memiliki riwayat menderita suatu penyakit sebelumnya. Salah satu langkah awal yang bisa dilakukan kepada orang yang mengalami demam adalah memberikan obat yang tepat dan tidak menimbulkan komplikasi sebelum membawanya ke dokter.
Salah satu obat panas tahap awal yang tepat adalah paracetamol.