Apa yang Salah? Perusahaan Ramai-Ramai Pecat Karyawan Gen Z, Ini Alasannya!

Ilustrasi: Generasi Z memasuki dunia kerja
Sumber :
  • Freepik.com//@prostooleh

VIVA – Generasi Z telah memasuki dunia kerja. Namun, laporan terbaru menunjukkan bahwa hampir 60% perusahaan di Indonesia memutuskan untuk memecat karyawan Gen Z yang baru direkrut. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa perusahaan-perusahaan ini merasa terpaksa mengambil keputusan sulit seperti itu?

Banyak perusahaan yang mengeluhkan kinerja karyawan Gen Z yang dianggap tidak sesuai harapan. Ketidakpuasan ini mengarah pada tindakan pemecatan, menciptakan keresahan di antara para pengusaha. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar di benak kita: "Apakah Gen Z benar-benar tidak siap untuk dunia kerja, ataukah ada faktor lain yang mempengaruhi?"

Di tengah pemecatan massal ini, banyak lulusan baru yang merasa cemas dan putus asa. Mereka berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan, namun menghadapi kenyataan pahit saat memasuki dunia kerja.

Bagaimana mungkin generasi yang dianggap paling terdidik dan terampil justru menjadi yang paling rentan di tempat kerja? Apa yang akan terjadi pada masa depan karier mereka jika situasi ini tidak berubah?

Mengapa Perusahaan Memutuskan untuk Memecat Karyawan Gen Z?

Salah satu alasan utama di balik pemecatan karyawan Gen Z adalah perbedaan antara harapan mereka dan realitas yang dihadapi di dunia kerja. Banyak lulusan baru yang memiliki ekspektasi tinggi tentang apa yang akan mereka capai, tetapi saat mereka terjun ke dunia kerja, mereka seringkali dihadapkan pada kenyataan yang berbeda.

Mereka mungkin menemukan bahwa pekerjaan tidak selalu sesuai dengan impian mereka, dan ini dapat menyebabkan frustrasi yang berujung pada kinerja yang buruk.

10 Alasan Utama Perusahaan Memecat Karyawan Gen Z

Ilustrasi pekerja

Photo :
  • Istimewa

Berdasarkan survei dari Intelligent, ada berbagai alasan yang menjadi faktor pemicu keputusan perusahaan untuk memecat karyawan Gen Z. Berikut adalah sepuluh alasan utama tersebut:

1. Kurangnya Motivasi atau Inisiatif

Ilustrasi Semangat Bekerja

Photo :
  • freepik.com/our-team

Alasan paling umum adalah kurangnya motivasi atau inisiatif dari karyawan Gen Z. Banyak perusahaan mengharapkan karyawan baru untuk menunjukkan antusiasme dan keinginan untuk belajar. Namun, data menunjukkan bahwa sekitar 50% manajer merasa bahwa karyawan Gen Z tidak cukup proaktif dalam pekerjaan mereka. Mereka cenderung menunggu arahan daripada mengambil inisiatif untuk menyelesaikan tugas atau berkontribusi pada proyek yang lebih besar.

2. Kurangnya Profesionalisme

Profesionalisme di tempat kerja sangat penting. Sebanyak 46% manajer perekrutan melaporkan bahwa mereka melihat kurangnya profesionalisme di kalangan karyawan Gen Z. Hal ini mencakup cara berpakaian, cara berbicara, dan perilaku di lingkungan kerja. Ketidakmampuan untuk memahami dan mengadopsi etika kerja yang sesuai dapat menyebabkan kesan negatif dan memicu keputusan pemecatan.

3. Keterampilan Berorganisasi yang Buruk

Keterampilan organisasi yang buruk juga menjadi masalah. Karyawan Gen Z sering kali kesulitan mengatur tugas dan waktu mereka dengan baik. Sebanyak 42% manajer melaporkan bahwa karyawan muda ini tidak mampu mengelola beban kerja mereka secara efektif, yang dapat menyebabkan keterlambatan dan ketidakpuasan dalam pekerjaan.

4. Keterampilan Komunikasi yang Buruk

Keterampilan komunikasi yang buruk, baik lisan maupun tulisan, menjadi alasan pemecatan lainnya. Sekitar 39% perusahaan melaporkan bahwa karyawan Gen Z memiliki kesulitan dalam menyampaikan ide dan berkolaborasi dengan rekan kerja. Di era komunikasi digital saat ini, keterampilan ini sangat penting untuk menjaga hubungan yang baik di tempat kerja.

5. Kesulitan Menerima Feedback

Sebanyak 38% manajer melaporkan bahwa karyawan Gen Z sering kali kesulitan dalam menerima umpan balik dari atasan. Sikap defensif terhadap kritik membangun dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan profesional mereka. Tanpa kemampuan untuk belajar dari kesalahan, karyawan tidak dapat beradaptasi dan meningkatkan kinerja mereka.

6. Kurangnya Pengalaman Kerja yang Relevan

Pengalaman kerja yang kurang juga menjadi kendala. Banyak lulusan baru yang tidak memiliki pengalaman kerja yang relevan sebelum memasuki dunia kerja. Ini membuat mereka tidak siap menghadapi tantangan yang sebenarnya di tempat kerja, dengan 38% manajer menganggap kurangnya pengalaman sebagai alasan pemecatan.

7. Keterampilan Pemecahan Masalah yang Buruk

Keterampilan pemecahan masalah yang buruk menjadi masalah lain yang dihadapi. Sebanyak 34% perusahaan melaporkan bahwa karyawan Gen Z tidak dapat menghadapi masalah atau tantangan dengan efektif. Kemampuan untuk berpikir kritis dan menemukan solusi yang kreatif sangat penting di dunia kerja yang dinamis.

8. Keterampilan Teknis yang Tidak Memadai

Walaupun Gen Z dikenal sebagai generasi yang melek teknologi, masih ada kekurangan dalam keterampilan teknis yang dibutuhkan di banyak bidang. Sekitar 31% manajer mengungkapkan bahwa keterampilan teknis yang dimiliki karyawan muda ini tidak memadai untuk memenuhi tuntutan pekerjaan mereka.

9. Ketidakcocokan Budaya

Ketidakcocokan budaya juga menjadi alasan utama pemecatan. Banyak karyawan Gen Z merasa tidak cocok dengan budaya perusahaan yang ada, yang menyebabkan kesulitan dalam beradaptasi. Sebanyak 31% manajer melaporkan bahwa ketidakcocokan budaya menjadi faktor penting dalam keputusan untuk memecat karyawan.

10. Kesulitan Bekerja dalam Tim

Dunia kerja.

Photo :
  • Unsplash

Terakhir, kesulitan dalam bekerja sama dalam tim menjadi masalah. Sebanyak 30% perusahaan melaporkan bahwa karyawan Gen Z tidak dapat berkolaborasi dengan baik dengan rekan kerja. Di tempat kerja yang sering membutuhkan kerja sama tim, kemampuan untuk berkolaborasi sangat penting untuk kesuksesan proyek dan pencapaian tujuan bersama.

Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai 10 alasan utama mengapa perusahaan memutuskan untuk memecat karyawan Gen Z, serta tips untuk membantu lulusan baru mendapatkan pekerjaan. Artikel ini juga mencakup kutipan relevan untuk memberikan konteks tambahan.

Tips Mendapatkan Pekerjaan bagi Lulusan Baru

Ilustrasi Gen Z Sukses di Awal Karir

Photo :
  • freepik.com/freepik

Menghadapi tantangan di atas, penting bagi lulusan baru untuk mempersiapkan diri dengan baik sebelum memasuki dunia kerja. Berikut adalah beberapa tips untuk membantu lulusan baru mendapatkan pekerjaan dan bertahan dalam lingkungan profesional:

1. Tingkatkan Motivasi dan Inisiatif

Tunjukkan keinginan yang kuat untuk belajar dan berkontribusi di tempat kerja. Ambil inisiatif dalam pekerjaan sehari-hari, meskipun itu hanya tugas kecil, dan tunjukkan bahwa kamu bersedia melakukan lebih. Keaktifan ini akan membuatmu terlihat lebih berharga bagi perusahaan.

2. Pelajari Etika dan Profesionalisme di Tempat Kerja

Profesionalisme sangat penting, baik dalam cara berpakaian, berbicara, maupun berperilaku di lingkungan kerja. Pelajari standar perusahaan dan beradaptasilah dengan cepat. Memahami dan menerapkan etika kerja yang baik akan meningkatkan citra dirimu di mata atasan.

3. Perbaiki Keterampilan Komunikasi

Keterampilan komunikasi yang baik, baik lisan maupun tulisan, sangat dibutuhkan. Jika merasa kurang percaya diri, coba berlatih berbicara di depan umum atau ikuti kursus komunikasi untuk meningkatkan kemampuanmu. Kemampuan berkomunikasi yang baik akan membantumu menjalin hubungan yang lebih baik di tempat kerja.

4. Terima Feedback dengan Terbuka

Kritik membangun dari atasan bisa menjadi alat penting untuk pengembangan diri. Bersikap terbuka terhadap feedback dan gunakan sebagai sarana untuk belajar dan tumbuh. Menerima kritik dengan baik menunjukkan bahwa kamu siap untuk berkembang dan beradaptasi.

5. Tambahkan Pengalaman Kerja

Jika belum memiliki pengalaman yang cukup, pertimbangkan untuk melakukan magang atau pekerjaan paruh waktu. Ini akan membantumu membangun portofolio pengalaman yang relevan dengan pekerjaan yang kamu lamar. Pengalaman praktis akan membuatmu lebih menarik di mata perusahaan.

6. Asah Keterampilan Problem-Solving dan Kerja Tim

Kemampuan untuk memecahkan masalah dan bekerja sama dalam tim sangat dihargai oleh perusahaan. Terlibat dalam proyek kelompok, kegiatan sukarelawan, atau organisasi kampus bisa membantu mengasah keterampilan ini. Keterampilan ini sangat penting untuk menghadapi tantangan di dunia kerja.

7. Pelajari Keterampilan Teknis yang Diperlukan

Meskipun Gen Z dikenal sebagai generasi yang melek teknologi, penting untuk memastikan bahwa keterampilan teknis yang dimiliki sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Terus perbarui pengetahuan tentang teknologi terbaru yang relevan dengan bidang pekerjaanmu.

8. Sesuaikan Diri dengan Budaya Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki budaya unik. Sebelum menerima tawaran pekerjaan, pastikan kamu memahami budaya perusahaan tersebut dan siap untuk beradaptasi. Memahami dan menghargai budaya perusahaan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan kontribusi kamu.

Tantangan Gen Z dalam Dunia Kerja

Huy Nguyen, kepala penasihat pendidikan dan pengembangan karier di Intelligent, memberikan pandangannya mengenai tantangan yang dihadapi lulusan baru. Menurutnya, banyak dari mereka tidak siap menghadapi dunia kerja yang sering kali kurang terstruktur dan menuntut kemandirian lebih tinggi dibandingkan pengalaman mereka selama masa studi.

“Banyak lulusan perguruan tinggi baru-baru ini kesulitan memasuki dunia kerja karena perbedaan besar antara apa yang mereka alami selama belajar dan dinamika tempat kerja. Mereka sering kali tidak siap untuk menghadapi ekspektasi pekerjaan yang mandiri dan budaya kerja yang lebih dinamis,” kata Nguyen, seperti yang dilansir dari Euronews, Rabu, 23 Oktober 2024.

Manajer perekrutan yang terlibat dalam survei ini juga melaporkan beberapa keluhan lainnya, termasuk pekerja Gen Z yang sulit mengelola beban kerja, sering terlambat datang ke kantor, serta tidak berpakaian atau berbicara dengan pantas di tempat kerja.

Laporan terpisah pada bulan April menunjukkan bahwa pekerja Gen Z sangat bergantung pada dukungan orang tua mereka selama proses pencarian kerja. Menurut survei dari ResumeTemplates, sekitar 70 persen dari mereka mengakui meminta bantuan orang tua saat melamar pekerjaan.

Lebih mencengangkan lagi, 25 persen dari responden mengungkapkan bahwa mereka membawa orang tua mereka ke wawancara kerja. Beberapa bahkan meminta orang tua mereka untuk mengirim lamaran atau menulis resume untuk mereka.

Holly Schroth, dosen senior di Haas School of Business di University of California, Berkeley, menjelaskan bahwa fokus Gen Z pada kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan daya saing di kampus daripada mendapatkan pengalaman kerja. Ini menyebabkan "ekspektasi yang tidak realistis" mengenai tempat kerja dan bagaimana menghadapi atasan mereka.