Mengapa Perceraian di Indonesia Meningkat? Ini 6 Faktor Penyebab Utamanya, Termasuk Judol

Ilustrasi Perceraian
Sumber :
  • Pexels.com

VIVA – Angka perceraian di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat lebih dari 440.000 kasus perceraian. Hal ini mengundang banyak pertanyaan: mengapa semakin banyak pernikahan yang berakhir di pengadilan, bahkan pada pasangan yang tampak bahagia?

Perceraian kini semakin umum diperbincangkan, dari selebriti hingga pasangan biasa. Kasus perceraian seperti Baim Wong dan Paula Verhoeven menjadi sorotan, membuka mata publik tentang realitas rumah tangga yang penuh tantangan. Mulai dari masalah finansial hingga fenomena judi online (judol), berbagai faktor internal dan eksternal menjadi penyebab utama runtuhnya banyak pernikahan. Bisakah pernikahan bertahan di tengah tantangan zaman modern ini?

Artikel ini akan mengulas enam faktor utama yang menyebabkan tingginya angka perceraian di Indonesia. Dari konflik hingga masalah ekonomi, hingga tren judi online, mari kita telusuri penyebab-penyebab ini agar Anda dapat menjaga keutuhan rumah tangga.

Mengapa Angka Perceraian di Indonesia Terus Meningkat?

Perceraian di Indonesia telah mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Data BPS menunjukkan bahwa lebih dari 440.000 kasus perceraian tercatat pada 2022. Fenomena perceraian yang dulunya dianggap tabu, kini semakin sering dibicarakan, terutama di masyarakat perkotaan.

Lonjakan angka perceraian ini menimbulkan berbagai dampak sosial, termasuk bagi anak-anak yang terpaksa mengalami perpecahan keluarga.

Jadi, apa saja faktor utama yang menyebabkan semakin banyak pernikahan berakhir di pengadilan?

1. Perselisihan dan Pertengkaran

Perselisihan dan pertengkaran merupakan salah satu penyebab utama perceraian yang sering terjadi dalam rumah tangga. Ketidaksepakatan dalam hubungan suami-istri biasanya muncul karena perbedaan pendapat, latar belakang budaya, serta pola asuh yang tidak sejalan. Pasangan yang tidak dapat menemukan jalan tengah dalam menghadapi perbedaan ini cenderung mengalami konflik berkepanjangan.

Kritik yang berlebihan dan tidak konstruktif juga sering kali memperburuk situasi, memicu pertengkaran yang tak kunjung usai dan akhirnya berujung pada perceraian.

Pasangan yang menikah di usia muda atau mereka yang berasal dari keluarga dengan latar belakang budaya yang berbeda lebih rentan terhadap masalah ini. Pasangan muda biasanya masih berada dalam tahap menyesuaikan diri dengan peran baru dalam pernikahan, sementara perbedaan budaya bisa memunculkan ketidaksepahaman dalam hal tradisi, nilai-nilai, atau cara pengasuhan anak.

Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan baik dalam menghadapi perbedaan ini sering kali menciptakan kesenjangan emosional, yang semakin memisahkan kedua pihak dalam hubungan.

Kasus serupa juga banyak terjadi di kalangan selebriti, di mana perselisihan dan pertengkaran sering menjadi sorotan publik. Selebriti yang menjalani kehidupan di bawah sorotan media menghadapi tekanan tambahan dalam menjaga hubungan mereka.

Pertengkaran yang terjadi di balik layar kerap kali terungkap di media, membuat masalah rumah tangga semakin sulit untuk diselesaikan. Ini menggambarkan bahwa perselisihan dalam pernikahan tidak terbatas pada kalangan tertentu, melainkan merupakan masalah universal yang dapat menghancurkan hubungan jika tidak ditangani dengan baik.

2. Masalah Keuangan

Masalah keuangan menjadi faktor kedua terbesar penyebab perceraian di Indonesia. Data BPS menyebutkan bahwa lebih dari 110.000 kasus perceraian pada 2022 disebabkan oleh masalah finansial. Ketidakstabilan ekonomi, baik akibat ketidakberuntungan dalam karier maupun bisnis, sering kali memicu ketegangan dalam rumah tangga.

Kurangnya persiapan finansial sebelum menikah dan pengelolaan uang yang buruk sering kali menambah beban dalam pernikahan. Bahkan, masalah seperti warisan juga dapat memicu konflik yang pada akhirnya memisahkan pasangan.

3. Ketidaksetiaan dan Meninggalkan Pasangan

Ketidaksetiaan menjadi salah satu penyebab signifikan lain dari perceraian di Indonesia. Menurut data BPS, lebih dari 39.000 kasus perceraian disebabkan oleh perselingkuhan, baik dari pihak suami maupun istri. Ketidaksetiaan ini sering kali disebabkan oleh ketidakpuasan emosional dalam hubungan.

Fenomena perselingkuhan ini juga sering terjadi di kalangan selebriti dan pejabat, yang sering kali menjadi sorotan media. Film dan serial TV seperti Layangan Putus dan Selesai menggambarkan bagaimana perselingkuhan dapat menghancurkan sebuah rumah tangga.

4. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menjadi penyebab lain dari meningkatnya angka perceraian. Pada 2023, BPS mencatat lebih dari 4.800 kasus perceraian yang dipicu oleh KDRT. Kekerasan fisik dan psikologis merusak kepercayaan dan keamanan dalam hubungan, sehingga banyak korban memilih untuk mengakhiri pernikahan mereka.

Dari sudut pandang hukum, KDRT diakui sebagai tindak pidana berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Namun, masih banyak kasus KDRT yang tidak dilaporkan karena korban merasa takut atau malu.

5. Mabuk dan Ketidakdewasaan Pasangan

Ketidakdewasaan emosional, yang ditandai dengan kebiasaan buruk seperti mabuk, juga menjadi penyebab utama perceraian. BPS mencatat lebih dari 1.500 kasus perceraian pada 2023 yang disebabkan oleh kebiasaan mabuk. Kebiasaan ini sering kali menjadi pemicu kekerasan dan masalah keuangan dalam rumah tangga.

Ketika pasangan menggunakan alkohol sebagai pelarian dari masalah, ini sering kali memperburuk situasi dan merusak hubungan dengan pasangan mereka.

6. Judi dan Judi Online (Judol)

Judi, terutama judi online (judol), kini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan peningkatan angka perceraian di Indonesia. Menurut data resmi, lebih dari 1.400 kasus perceraian pada 2022 terjadi akibat keterlibatan pasangan dalam judi. Aktivitas perjudian ini tidak hanya merusak stabilitas keuangan keluarga, tetapi juga menghancurkan fondasi kepercayaan dalam hubungan pernikahan, yang menjadi dasar penting bagi kelanggengan rumah tangga.

Judi online, yang semakin marak di era digital, sering kali membuat pasangan, khususnya suami, lupa akan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.

Ketergantungan pada judi dapat menguras keuangan keluarga, menimbulkan utang, dan menciptakan masalah ekonomi yang berat. Selain itu, pasangan yang kecanduan judi biasanya kurang memperhatikan kebutuhan rumah tangga dan anak-anak, sehingga menimbulkan ketegangan dan konflik yang berujung pada perceraian.

Fenomena ini semakin mengkhawatirkan karena judi online dapat dengan mudah diakses melalui ponsel atau komputer, membuatnya sulit terdeteksi oleh pasangan. Kegiatan ini sering dilakukan secara diam-diam, sehingga saat masalah keuangan terungkap, kerusakannya sudah begitu besar.

Kepercayaan yang rusak akibat kebohongan dan penyembunyian juga memperburuk hubungan, menjadikan perceraian sebagai solusi terakhir bagi pasangan yang sudah tidak bisa mempertahankan pernikahannya.

Dalam jangka panjang, judi online tidak hanya berdampak pada keuangan dan kepercayaan, tetapi juga kesehatan mental pasangan. Tekanan finansial dan emosional yang ditimbulkan dari perjudian menyebabkan stres berkepanjangan, yang pada akhirnya merusak keharmonisan rumah tangga. Jika masalah ini tidak segera diatasi, kemungkinan besar pernikahan akan hancur.

Oleh karena itu, penting bagi setiap pasangan untuk menjaga integritas hubungan dan menghindari aktivitas yang merusak, seperti judi online. Kesadaran akan dampak buruk judi online, disertai dengan pengelolaan keuangan yang baik dan komunikasi terbuka dalam rumah tangga, dapat membantu mencegah perceraian dan menjaga keharmonisan keluarga.

Langkah-Langkah Mencegah Perceraian

Untuk menekan tingginya angka perceraian di Indonesia, pemerintah telah menjalankan berbagai program, salah satunya adalah bimbingan pra-nikah. Program ini bertujuan untuk membantu calon pasangan memahami tantangan yang akan mereka hadapi dalam kehidupan pernikahan, baik dari sisi emosional, finansial, maupun mental.

Melalui bimbingan ini, calon pengantin diharapkan bisa lebih siap menghadapi masalah-masalah yang mungkin timbul, sehingga dapat mengurangi risiko perceraian di kemudian hari.

Selain dukungan dari pemerintah, komunikasi yang efektif antara suami dan istri juga menjadi kunci utama dalam menjaga keutuhan rumah tangga. Setiap pasangan perlu memiliki keterampilan komunikasi yang baik, termasuk kemampuan untuk mendengarkan, berempati, dan menyampaikan pendapat tanpa menyakiti perasaan pasangan.

Ketika masalah muncul, kemampuan untuk berdiskusi dan mencari solusi bersama sangat penting agar konflik tidak membesar menjadi perselisihan yang berlarut-larut.

Pasangan juga perlu belajar untuk mengelola emosi mereka dengan bijak. Sering kali, emosi yang tidak terkontrol dapat memperparah konflik dalam rumah tangga.

Oleh karena itu, penting untuk melibatkan diri dalam dialog yang tenang dan saling menghargai. Selain itu, pasangan yang mampu bekerja sama dalam merencanakan keuangan, menjaga hubungan sosial, dan membagi tugas rumah tangga dengan adil, akan lebih mudah menjaga keharmonisan dalam hubungan.

Lebih jauh lagi, penting bagi pasangan untuk terus memperkuat hubungan mereka melalui kegiatan bersama, seperti berkumpul dengan keluarga, liburan bersama, atau sekadar meluangkan waktu untuk saling berbicara dari hati ke hati. Semua ini bertujuan agar hubungan tetap kuat dan terhindar dari konflik besar yang berujung pada perceraian.

Dengan adanya program bimbingan pra-nikah dan upaya komunikasi yang baik, pasangan diharapkan dapat lebih memahami bagaimana membangun pernikahan yang kokoh, sehingga angka perceraian di Indonesia bisa ditekan.

Perceraian di Indonesia meningkat karena berbagai faktor, mulai dari perselisihan, masalah keuangan, ketidaksetiaan, KDRT, kebiasaan mabuk, hingga judi online. Setiap pasangan perlu mempersiapkan pernikahan dengan matang dan memahami tantangan yang akan dihadapi dalam kehidupan rumah tangga. Dengan memahami faktor-faktor ini, diharapkan setiap pasangan dapat mengatasi tantangan tersebut dan menjaga keutuhan pernikahan mereka.