Menguak 10 Mitos dan Fakta tentang Alat Kontrasepsi, Benarkah Bisa Merusak Kesuburan?

Ilustrasi alat kontrasepsi.
Sumber :
  • Dokumentasi HonestDocs

Jakarta, VIVA – Alat kontrasepsi telah menjadi bagian penting dalam perencanaan keluarga serta untuk kesehatan reproduksi. Namun, banyak mitos yang beredar di masyarakat tentang penggunaan alat kontrasepsi. 

Beberapa orang khawatir bahwa alat kontrasepsi dapat menyebabkan efek samping yang merugikan. Misalnya,  penambahan berat badan, kerontokan rambut, hingga merusak kesuburan. Scroll untuk info lebih lanjut, yuk!

Meski ada mitos-mitos tersebut, pada kenyataannya, sebagian besar kekhawatiran itu tidak berdasar dan dapat dibantah dengan bukti ilmiah. Yuk cek mitos dan fakta alat kontrasepsi!

Mitos dan Fakta Alat Kontrasepsi 

Ilustrasi kondom/alat kontrasepsi.

Photo :
  • Pixabay/Anqa

Melansir dari Healthline, berikut ini adalah sejumlah mitos umum tentang alat kontrasepsi dan faktanya:

1. Mitos: Alat kontrasepsi bikin berat badan naik

Faktanya, meskipun beberapa orang melaporkan penambahan berat badan saat menggunakan kontrasepsi hormonal, penelitian tahun 2021 menunjukkan bahwa tidak ada cukup bukti yang menyatakan bahwa kontrasepsi hormonal secara langsung menyebabkan penambahan berat badan. Jika terjadi penambahan berat badan, biasanya tidak lebih dari lima pon di tahun pertama.

2. Mitos Alat kontrasepsi merusak kesuburan

Faktanya, kontrasepsi hormonal, IUD, dan metode penghalang adalah metode yang dapat di balik. Artinya, kesuburan akan kembali normal setelah Anda berhenti menggunakannya. Sebuah tinjauan tahun 2023 menunjukkan, bahwa kesuburan biasanya kembali dalam waktu 6–12 bulan setelah berhenti menggunakan kontrasepsi hormonal.

3. Mitos: Suntikan kontrasepsi menyebabkan rambut rontok

Faktanya, meski ada laporan tentang kerontokan rambut setelah penggunaan suntikan Depo-Provera, tetapi ini risikonya sangat rendah. Sebagian besar perubahan rambut ini mungkin disebabkan oleh faktor lain, dan bukan semata-mata karena kontrasepsi.

4. Mitos: Alat kontrasepsi menyebabkan depresi

Faktanya, berdasarkan tinjauan tahun 2021, kontrasepsi hormonal tidak meningkatkan risiko gejala depresi. Beberapa orang mungkin mengalami perubahan suasana hati, tetapi ini tidak selalu terkait langsung dengan penggunaan kontrasepsi.

5. Mitos: Alat kontrasepsi akan membuat hormon tidak seimbang

Faktanya, meski beberapa orang melaporkan suasana hati yang lebih buruk, banyak yang lain merasa suasana hati mereka membaik atau stabil setelah menggunakan kontrasepsi. Terkait ini, penelitian lebih lanjut diperlukan.

6. Mitos: Tidak perlu menggunakan kontrasepsi jika berhati-hati saat berhubungan seks

Ingatlah bahwa Anda tetap bisa hamil meskipun menggunakan metode seperti pull out atau metode menghitung masa subur. Metode pull out hanya 78 persen efektif, sementara metode menghitung masa subur dapat bervariasi antara 77–98 persen efektif.

7. Mitos: Jika melewatkan dosis pil KB, maka bisa melipatgandakan konsumsinya 

Ingatlah, menggandakan dosis setelah melewatkan pil kontrasepsi bukan solusi yang efektif dan dapat berisiko. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter tentang langkah yang tepat jika melewatkan dosis pil.

8. Mitos: Antibiotik mengurangi efektivitas kontrasepsi

Faktanya, sebagian besar antibiotik tidak mempengaruhi efektivitas kontrasepsi, kecuali rifampin yang dapat menurunkan kadar hormon kontrasepsi dalam tubuh.

9. Mitos: Berhenti menggunakan kontrasepsi baik untuk tubuh

Faktanya, sebagian besar orang dapat dengan aman menggunakan kontrasepsi secara terus-menerus tanpa perlu istirahat. Namun, mungkin perlu menghentikan penggunaannya jika Anda merencanakan kehamilan atau jika terjadi efek samping yang sulit diatasi.


10. Mitos: Semua metode kontrasepsi dapat langsung cegah kehamilan 

Faktanya, beberapa metode, seperti alat kontrasepsi penghalang, dapat langsung bekerja mencegah kehamilan. Tetapi metode lain seperti pil kontrasepsi, mungkin memerlukan waktu hingga seminggu untuk mencapai efektivitasnya.