Panas di Dua Laga Pamungkas Liga 2

Para pemain Persebaya Surabaya
Sumber :
  • https://www.liga-indonesia.id

VIVA – Kompetisi kasta kedua sepakbola Indonesia, atau biasa disebut Liga 2 sudah mencapai tahap akhir. Dua laga pamungkas siap digelar di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada Selasa, 28 November 2017.

Empat tim siap tempur. Pada partai final Persebaya Surabaya akan berhadapan dengan PSMS Medan. Lalu, pada perebutan peringkat ketiga, ada Martapura FC yang bakal berjibaku dengan PSIS Semarang.

Pamor sebagai juara menjadi sesuatu yang dikejar oleh dua finalis. Selain itu, panitia sudah mempersiapkan hadiah menggiurkan, berupa uang tunai mencapai Rp1 miliar.

Sementara itu, buat tim peringkat tiga, mereka sudah jelas punya target utama mengejar tiket promosi ke Liga 1. Salah satu antara Martapura atau PSIS akan mendampingi PSMS serta Persebaya yang sudah lebih dulu memastikan tempat di kompetisi kasta tertinggi tahun depan.

Persiapan Matang Persebaya dan PSMS

Bajul Ijo tampil meyakinkan di semifinal akhir pekan lalu. Mereka mampu melibas Martapura FC dengan skor meyakinkan, 3-1. Itu tentu menjadi modal positif tim jelang menghadapi laga final.

Dari awal, Persebaya menyatakan akan bekerja keras. Bukan cuma final ini, mereka ingin memperlihatkan kepada publik bahwa tim asal Kota Pahlawan memang pantas ada di kompetisi teratas.

"Kami pantas ke Liga 1, kami kerja keras dan melakukan semua untuk naik ke Liga 1. Karena dari petinggi klub, manajer, tim pelatih, dan pemain semua kerja keras untuk hasil ini. Sekarang saatnya kami fokus menatap final," kata pelatih Persebaya, Alfredo Vera.

PSMS pun tak kalah percaya diri. Pelatih Djadjang Nurdjaman sudah meminta timnya agar selalu optimistis dan menjaga fokus. Mantan arsitek Persib Bandung itu menegaskan skuatnya sudah siap tempur di pertandingan nanti.

"Kami optimis bisa menang dalam laga final. Waktu yang ada lebih fokus pada penyelesaian akhir dan ketenangan bermain," ujar pria yang akrab disapa Djanur itu.

Meski hanya memiliki waktu tiga hari mempersiapkan laga final, Djanur juga mengaku tidak ada masalah dalam proses pemulihan pemain.

"Insya Allah semua aman. Recovery pemain aman dan siap tempur," ungkapnya lagi.

Diakui Djanur, dari awal Persebaya memang difavoritkan untuk keluar sebagai juara. Itu berbanding terbalik dengan timnya, yang sempat terseok-seok di fase grup.

"Besok akan all out dengan kemampuan yang kami punya. Kami prediksi akan alot karena Persebaya sudah lama difavoritkan untuk juara di Liga 2 dan kami coba melawannya," tutur Djanur.


Perebutan Peringkat Tiga Tak Kalah Panas

Mungkin tajuknya saja perebutan tempat ketiga, namun fakta di lapangan, duel antara Martapura FC melawan PSIS tidak kalah atau mungkin bisa lebih panas dari laga final Liga 2.

Seperti sudah disebutkan, ini ibarat duel hidup-mati. Pemenang duel akan naik kasta, sedangkan yang tumbang harus rela menjajal peruntungan kembali dari awal di Liga 2 musim depan.

Kedua kubu pun sudah bertekad untuk tampil habis-habisan dalam pertandingan ini. Mereka sadar laga tersebut menjadi kesempatan terakhir yang tak bisa disia-siakan.

Pelatih Martapura, Frans Sinatra Huwae, mengatakan, timnya sudah berbenah jelang duel nanti. Dia meminta skuat agar tampil lepas, tidak seperti ketika menghadapi Persebaya.

"Yang pasti kami fokus ke tim dulu, kami bersyukur besok Qischil Gandrum bisa main dan itu menambah motivasi. Saya berharap para pemain bisa main lepas tanpa beban," kata Frans.

Hal senada diungkapkan Subangkit, selaku arsitek PSIS. Salah satu motivasi yang diusung Laskar Mahesa Jenar adalah menjadi satu-satunya tim Jawa Tengah yang tampil di Liga 1 tahun depan.

"Kami akan tetap berjuang. Kami akan berupaya merebut tiket promosi untuk Jawa Tengah," tutur Subangkit.


Hegemoni Perserikatan dan Kembalinya Partai Klasik

Bukan cuma berjuang atas nama Jawa Tengah, andai PSIS mengalahkan Martapura, itu akan membuat kembalinya hegemoni klub perserikatan di Liga 1. Tercatat bakalan ada sembilan klub yang kental basis kedaerahannya.

Pada Liga 1 2017, klub perserikatan mendapat pukulan telak. Karena klub yang baru seumur jagung, Bhayangkara FC jadi juaranya. Dan PSM Makassar sebagai wakil perserikatan cuma mampu finis di tempat ketiga.

Dikutip dari Novan Media Research, kompetisi antarklub Perserikatan Indonesia pertama kali diselenggarakan pada 1931. Ketika itu, klub asal Jakarta, Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) keluar sebagai juara.

Sementara itu, kompetisi Liga Sepakbola Utama (Galatama) baru dimulai pada 1979. Pada 1993, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) mengambil langkah terobosan dengan melebur kedua kompetisi dengan nama Liga Indonesia.

Persebaya, PSMS, dan PSIS bukanlah tim kacangan dalam kompetisi Perserikatan. Ketiganya pernah mengecap manisnya gelar juara kompetisi tersebut.

Di antara ketiga tim tersebut, PSMS menjadi tim tersukses dengan lima kali gelar juara, diikuti Persebaya empat kali. Sementara itu, PSIS menjuarai kompetisi Perserikatan sebanyak satu kali.  

Lepas dari berandai-andai PSIS berhasil merebut tiket promosi, yang jelas ke depan Liga 1 dipastikan akan menggelar setidaknya dua partai klasik dengan kembalinya Persebaya dan PSMS ke panggung utama sepakbola nasional.

Selama ini, banyak yang menyebut duel Persib Bandung melawan Persija Jakarta sebagai laga klasik di Indonesia. Perseteruan panas antara dua suporter, Bobotoh dan Jakmania, menjadi penyebabnya.

Sebenarnya, bukan duel Persib melawan Persija yang layak menyandang status El Clasico Indonesia. Status tersebut lebih layak disematkan pada duel Persib kontra PSMS.

Kedua tim ini terlibat persaingan sengit di era Perserikatan. Yang paling diingat, adalah duel kedua tim ini di final Perserikatan pada 23 Februari 1985.

Stadion Senayan saat itu dipenuhi 150 ribu suporter, yang menjadi rekor terbesar dalam sejarah pertandingan amatir dunia. PSMS saat itu keluar sebagai juara, usai menang 4-3 lewat adu penalti. Sebelumnya skor imbang 2-2 di waktu normal.

Satu laga duel klasik yang sangat seru adalah duel Persebaya melawan Arema. Seiring kembalinya Bajul Ijo, partai panas ini kembali tersaji musim depan.

Tensi tinggi selalu terjadi setiap Persebaya berhadapan dengan Arema. Kedua tim ini ingin membuktikan siapa penguasa Jawa Timur sesungguhnya.

Tak jarang, rivalitas panas ini dibumbui dengan perseteruan antara dua suporter. Bonek dan Aremania beberapa kali terlibat bentrok saat kedua tim bertemu. (art)