Misi Leicester Lolos Degradasi Tanpa Bantuan Ranieri

Pemain Leicester City, Jamie Vardy
Sumber :
  • Action Images via Reuters / Jason Cairnduff

VIVA.co.id – Leicester City melakoni laga perdana tanpa Claudio Ranieri yang dipecat, Senin 27 Februari 2017 (Selasa dini hari WIB). Hebatnya, The Foxes justru sukses menaklukkan tim kuat Liverpool 3-1 di Anfield dalam lanjutan Premier League.

Jamie Vardy tampil sebagai sosok yang mengerikan untuk Liverpool. Pemain internasional Inggris ini mencetak dua gol di menit 28 dan 60. Satu gol lainnya untuk sang juara bertahan disumbangkan Danny Drinkwater di menit 60.

Liverpool baru bisa membalas di menit 68, lewat gol Philippe Coutinho. Namun, gol tersebut tak mampu menyelamatkan tim tamu dari kekalahan.

Debut manis untuk Craig Shakespere yang menjabat sebagai manajer interim. Sosok yang sebelumnya menjadi asisten pelatih Claudio Ranieri ini mulai dipertimbangkan sebagai manajer tetap.

Dikutip dari BBC, Shakespeare tentu saja cukup akrab dengan pemain dari Leicester. Ditanya soal masa depannya di King Power, Shakepeare tidak ingin membahasnya lebih lanjut.

"Bisa saja menjadi manajer tetap? Saya rasa saya bisa. Apakah ini mengganggu saya? tidak. Kami hanya ingin memastikan jika pemilik melakukan dengan benar untuk klub," lanjutnya.   

Kemenangan ini berarti penting bagi Leicester yang ingin selamat dari degradasi. Sang juara bertahan naik ke peringkat 15 dengan raihan 24 poin dari 26 pertandingan, terpaut dua angka dari Crystal Palace yang menempati zona merah.

Terdekat, Leicester akan menjamu Hull City di King Power Stadium, 4 Maret 2017. Laga ini sangat penting, karena Hull merupakan sesama tim yang juga terancam degradasi.

Leicester saat ini di peringkat 15, sedangkan Hull City di posisi 19. Namun kedua tim ini hanya terpaut 3 poin saja. Dengan 12 pertandingan tersisa musim ini, maka kemenangan wajib diraih oleh Leicester jika ingin bertahan di Premier League musim depan.

Pemain Leicester Sengaja Singkirkan Ranieri?

Meskipun demikian, kemenangan Leicester atas Liverpool tetap menyisakan pertanyaan. Sebab, The Foxes mampu tampil beringas hanya berselang empat hari setelah Ranieri dipecat.

Salah satu yang disorot adalah Vardy. Dia mampu mencetak dua gol melawan Liverpool. Entah mengapa, saat dilatih Ranieri dia tidak menunjukkan permainan seperti saat melawan The Reds.

Secara tegas Vardy menyatakan kalau para pemain sejak sebelumnya sudah berusaha keras untuk meraih hasil terbaik. Cuma, menurut Vardy, bedanya sekarang semua hal terasa lebih klik dan sesuai yang diharapkan.

"Saya tidak setuju jika kami dibilang tidak pernah bermain seperti ini sebelumnya," kata Vardy dikutip Sky Sport.

"Kami sudah bekerja keras sebelum ini, seperti yang diminta semua orang. Tapi hasilnya tidak sesuai harapan. Baru kali ini semuanya terasa lebih klik," sambungnya.

Kritikan juga datang dari legenda MU, Gary Neville. Dia menilai, pemain Leicester seolah sengaja ingin menyingkirkan The Tinkerman.

"Ranieri akan berpikir, di mana itu (permainan bagus Leicester) dua pekan lalu?" kata Gary Neville seperti dilansir Mirror.

Legenda Manchester United itu mengatakan tidak memahami bagaimana pemain Leicester bisa mengubah penampilan seperti itu. Neville mengatakan tidak mengerti, mengapa bisa ada perubahan cepat. Para pemain Leicester memperlihatkan, mereka bisa membuat keputusan kapan ingin bermain bagus. Dan itu mereka lakukan di pertandingan lawan Liverpool.

Fakta Miris Liverpool


Bagi Liverpool, kekalahan ini melanjutkan tren negatif mereka sepanjang 2017. Sejak Januari hingga Februari 2017, Liverpool sudah melakoni 12 pertandingan. Tapi, The Reds hanya mampu meraih dua kemenangan di semua kompetisi.

Mereka hanya mampu menang atas Plymouth Argyle FC dan Tottenham Hotspur. Liverpool pun harus menerima empat hasil imbang dan menelan enam kekalahan.

Opta melansir, empat dari lima kekalahan Liverpool di Premier League, ternyata diberikan oleh tim yang sedang terjerembab di zona degradasi.

Sektor pertahanan menjadi penyakit akut bagi Liverpool. Bayangkan, dalam 12 pertandingan, Liverpool kebobolan 16 kali. Artinya, rasio kebobolan Liverpool cukup besar. Peluang kebobolan mereka adalah 1,33.

Hasil ini membuat peluang Liverpool untuk finis di peringkat 4 besar atau zona Liga Champions semakin berat. Mereka harus turun ke posisi 5, dengan 49 poin dari 26 pertandingan.

"Saya tidak berpikir mereka tak sebagus yang saya pikir. Tapi saya pikir mereka butuh lebih banyak bantuan saya, untuk memperlihatkannya setiap pekan," ucap manajer Liverpool, Juergen Klopp seperti dilansir Mirror.

"Sekarang bukan saatnya membuat penilaian seperti ini, terutama tidak di publik. Tapi, saya coba mengatakan sejujurnya sesering mungkin. Penampilan buruk tidak membantu siapa pun, itu jelas," lanjut manajer asal Jerman ini

Liverpool harus segera bangkit. Sebab, lawan berat akan kembali dihadapi The Reds, Sabtu 4 Maret 2017 (Minggu dini hari WIB). Mereka bakal menjamu Arsenal di Anfield.

"Kami punya waktu sepekan untuk mempersiapkan diri (melawan Arsenal), dan kami harus menunjukkan reaksi. Itulah yang perlu kami lakukan," kata manajer Liverpool, Juergen Klopp, seperti dilansir Soccerway.

"Kami semua bermain untuk masa depan. Saya tak mau terlalu serius, tapi memang harus seperti itu," lanjutnya.