Hujan Deras Jadi Saksi Mitra Kukar Ciptakan Sejarah

Duel Mitra Kukar vs Semen Padang di final Piala Jenderal Sudirman
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Guma/aww/16.

VIVA.co.id - Selama ini tim-tim asal Kalimantan jarang menunjukkan prestasi di sepakbola nasional. Tim-tim dari Pulau Jawa lebih mendominasi, seperti Persib Bandung maupun Arema Cronus. Belum lagi Persipura Jayapura yang selalu tampil apik dalam beberapa tahun belakangan.

Sejarah akhirnya tercipta di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu 24 Januari 2016. Tim asal Kutai Kartanegara, Mitra Kukar berhasil menjadi yang terbaik di Piala Jenderal Sudirman.

Diwarnai hujan deras, Mitra Kukar berhasil menjadi yang terbaik, berkat keunggulan 2-1 atas Semen Padang. Laga penuh drama terjadi dalam pertemuan ketiga kedua tim di ajang Piala Jenderal Sudirman.

Semen Padang berhasil unggul lebih dulu di menit 32, lewat sundulan Adi Nugroho. Namun, Naga Mekes secara dramatis mampu membalikkan kedudukan lewat dua gol yang diciptakan di 10 menit terakhir.

Michael Orah mampu membuat Mitra Kukar menyamakan kedudukan di menit 79. Yogi Rahardian yang masuk sebagai pemain pengganti memastikan kemenangan Naga Mekes di menit 89.

Ini menjadi kemenangan yang sempurna untuk Mitra Kukar. Pasalnya, di awal turnamen ini tak ada yang mengunggulkan Naga Mekes menjadi juara.

"Terus terang skema permanainan babak pertama tidak berkembang. Kami mengganti skema long pass karena kondisi lapangan sehabis hujan, padahal itu bukan gaya kita," kata pelatih Mitra Kukar, Jafri Sastra usai pertandingan.

"Saya sudah prediksi Semen Padang akan bertahan di babak kedua. Dan di 30 menit pertama kami gagal menembus pertahanan mereka. Jadi saya instruksikan anak-anak gempur dari sektor kiri," lanjutnya.

Sementara itu, gelandang Mitra Kukar, Rizky Pellu menyambut naik kemenangan ini. "Saya cuma berterima kasih kepada coach yg sudah kami anggap jadi motivator di dalam dan luar lapangan. Capaian ini sangat luar biasa karena kami bisa mencetak sejarah buat Kutai Kartanegara," ucap Rizky.

Hujan Deras dan Kengerian Terjun Payung



Selain pertandingan, ada drama lain yang sempat mewarnai jalannya final. Salah satunya adalah hujan deras yang sempat mengganggu jalannya pertandingan.

Hujan mulai turun sejak sesi latihan Semen Padang dan Mitra Kukar jelang pertandingan. Intensitas hujan yang sangat tinggi sampai membubarkan pasukan drum band yang berada di pinggir lapangan.

Hujan deras ini juga membuat sistem penata suara tidak terdengar dengan sempurna, sehingga seremoni penyerahan Piala Jenderal Sudirman dari pasukan bertandu ke Panglima TNI kurang terasa meriah.

Hujan ini juga membuat lapangan becek, beberapa panitia pelaksana pertandingan sempat mencoba jalannya bola. Meski bola tidak bergulir sempurna, pertandingan akhirnya tetap digelar tetap pada jadwal kick off pukul 20.30 WIB.

Selain itu, ada kengerian jelang pertandingan, di mana atraksi terjun payung tak berjalan mulus. Dari atraksi terjun payung tersebut terdapat dua kesalahan dari personel TNI yang justru membahayakan diri mereka. Yang pertama terlihat saat personel yang membawa bendera Pusamania Borneo FC di mana harus mendarat darurat di ring road SUGBK.

Beruntungnya, ketika sang penerjun mendarat, di bawahnya tidak terdapat banyak orang. Dia mampu mengendalikan pendaratan ke bagian yang sudah agak sepi dari penonton.

Insiden kedua terjadi lebih mencengangkan lagi. Puluhan ribu orang yang sudah memadati tribun stadion ikut cemas karena melihat salah satu penerjun tersangkut di atap SUGBK.

Melihat sang penerjun di ambang bahaya, para penonton yang berada di tribun kemudian berteriak memberikan semangat. Dan betuntungnya, setelah beberapa menit berjuang akhirnya sang penerjun bisa menyelamatkan diri.

Sejarah Mitra Kukar



Ini menjadi sejarah tersendiri bagi Mitra Kukar. Ini merupakan trofi pertama mereka, setelah sebelumnya menggunakan nama Niac Mitra di era Galatama.

Saat masih menggunakan nama Niac Mitra, dan berbasis di Surabaya, klub ini begitu disegani. Mereka sempat 3 kali keluar sebagai juara, di musim 1980-82, 1982-83, dan 1987-88. Sementara itu, di musim 1988-89, klub ini sukses keluar sebagai runner-up.

Di kancah internasional, Niac Mitra juga pernah membawa harum nama Indonesia. Mereka pernah keluar sebagai juara Aga Khan Gold Cup di Pakistan Timur (kini Bangladesh) di tahun 1979. Ini merupakan turnamen cikal bakal Liga Champions Asia.

Tak hanya itu, Niac Mitra juga pernah menghadapi klub tangguh Premier League, Arsenal pada 16 Juni 1983. Hebatnya, mereka sukses menundukkan The Gunners 2-0 di Stadion Gelora 10 November.

Sejak 1999, Niac Mitra berganti nama menjadi Mitra Kalteng Putra (MKP). Selanjutnya, di tahun 2003 mereka mulai menggunakan nama Mitra Kukar, dan bertahan hingga kini.

Mitra Kukar baru promosi ke ISL di musim 2011-12, usai merebut posisi 3 Divisi Utama, semusim sebelumnya. Di musim 2013, Naga Mekes sukses menempati posisi 3 ISL. Di musim selanjutnya, mereka berhasil menembus babak 8 besar, usai menempati posisi 3 Wilayah Timur.

Dan akhirnya, setelah tampil konsisten dalam beberapa musim terakhir, Mitra Kukar sanggup menjadi yang terbaik di Tanah Air. Mereka berhasil menjuarai Piala Jenderal Sudirman.

Keberhasilan Mitra Kukar bertambah manis karena pemain mereka, Patrick Dos Santos Cruz sukses keluar sebagai top scorer. Bomber asal Brasil ini sukses menorehkan 7 gol sepanjang turnamen yang digagas Mahaka Entertainment and Sport ini.