Strategi 'Cermin' ala Loew yang Akhiri Kutukan Jerman

Selebrasi para pemain Jerman usai mengalahkan Italia.
Sumber :

VIVA.co.id – Jerman berhasil mengalahkan Italia dalam perempat final Piala Eropa lewat babak adu penalti, 6-5 (1-1), di Stade Matmut-Atlantique, Sabtu 2 Juli 2016 atau Minggu dini hari WIB. Kemenangan ini meloloskan Jerman ke semifinal, sekaligus menghentikan kutukan ketika bertemu Italia.

Saat menghadapi Italia, Jerman sebenarnya menerapkan pola permainan yang tidak biasa. Der Panzer tak menggunakan sistem permainan dengan empat bek seperti biasanya.

Mereka justru meniru permainan Italia dengan memasang tiga bek kembar, Benedikt Howedes, Jerome Boateng, dan Mats Hummels. Jonas Hector serta Joshua Kimmich diberikan peran wing-back oleh pelatih Joachim Loew. Artinya, saat menghadapi Gli Azzurri, Jerman juga menerapkan pola 3-5-2.

Yang berbeda dari Jerman adalah garis pertahanannya. Ketika Pelatih Italia, Antonio Conte, memasang garis pertahanan di wilayah sendiri, Loew justru meminta Boateng, Hummels, dan Howedes, untuk mendorongnya hingga garis tengah.

(Baca juga: Jonas Hector, Pahlawan Tak Terduga Pemutus Kutukan Jerman)

Strategi tersebut terbilang jitu. Italia kebingungan dalam mengembangkan permainan.

Pemain-pemain gelandang mereka kebingungan ketika harus membendung aliran bola Jerman. Dua wing-back, Alessandro Florenzi dan Emmanuele Giaccherini, juga kesulitan menembus pertahanan Jerman karena kerap dipaksa beradu sprint dengan Kimmich serta Hector.

Pola seperti ini ternyata sudah dipikirkan matang-matang oleh Loew. Dia sudah menganalisis permainan Italia saat berhasil menang atas Spanyol. Dari hasil pengamatannya, Loew berkesimpulan, Italia bisa dikalahkan jika ada tim yang mampu memainkan strategi serupa.

"Perubahan di dalam tim sangat diperlukan. Italia menggunakan dua striker tengah dan dua winger, yang selalu menekan hingga garis terdepan. Sangat berbahaya jika kami membiarkan mereka berduel empat lawan empat," kata Loew.

"Mereka main dari sayap ke tengah, mencoba masuk ke pertahanan dengan kecepatannya. Mudah dibaca, tapi mereka memainkan strategi ini dengan bagus. Benar, saya baru pertama kali memainkan strategi ini," tuturnya seperti dikutip situs resmi UEFA.