Kolaborasi RS Atma Jaya: Lestarikan Budaya ‘Jamu’ untuk Perkembangan Medis

Ilustrasi jamu tradisional yang ampuh melancarkan siklus menstruasi.
Sumber :
  • pixabay/Ajale

Bali, VIVA – Rumah Sakit Atma Jaya yang berada di bawah naungan Atma Jaya Healthcare Group membangun kolaborasi dan kerja sama dengan Dewan Jamu Indonesia untuk mendorong adanya pengembangan dan penelitian kegunaan jamu dalam pengobatan di rumah sakit. Secara resmi, kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Atma Jaya Healtchare Group dan Dewan Jamu Indonesia. Selain itu di kesempatan yang sama, kerja sama juga dibangun antara RS Atma Jaya dengan Universitas Mulawarman terkait penelitian dan magang mahasiswa. 

Penandatanganan MoU dilakukan bertepatan dengan Jamu International Convention & Expo (JICE) yang diselenggarakan di Bali pada 16-18 Desember 2024. Acara berskala internasional ini juga mempertemukan berbagai elemen seperti organ pemerintah, pengusaha, professional di bidang kesehatan dan peneliti untuk membagikan pengalaman serta pengetahuan seputar pertemuan antara tradisi pengobatan dengan dunia masa kini. 

CEO Atma Jaya Healthcare Gorup, Edward, menyampaikan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan visi Atma Jaya untuk menghasilkan inovasi berbasis penelitian dan tentunya untuk melestarikan budaya Indonesia. 

"Jamu memiliki peran vital dalam mewujudkan pendekatan pengobatan dan pengembangan penggunaan jamu di rumah sakit. Pasien dalam proses kesembuhannya perlu diberdayakan untuk memiliki dan memilih opsi-opsi pengobatan, termasuk opsi tradisional melalui jamu. Hal ini sudah menjadi bagian solusi di negara lain," kata Edward.

Lebih lanjut, Edward menjelaskan bahwa kedepannya masyarakat perlu teredukasi secara optimal mengenai penggunaan jamu sebagai opsi pengobatan, dan secara bersamaan perlu adanya standarisasi, keamanan, serta dukungan pemerintah dengan kebijakan terkait. 

Ketua Dewan Jamu Indonesia, Mayor Jenderal (Ret.) Prof. Dr. dr. Daniel Tjen, Sp.N., mengatakan, “Pemahaman akan tradisi pengobatan di tanah air yang dipadu dengan filosofi Djampi Oesodo dan disertai dengan validasi terarah melalui penelitian akan semakin memperkuat kehadiran jamu di dalam dunia kesehatan modern”. Daniel menambahkan bahwa sampai saat ini bahan baku herbal adalah yang paling mungkin untuk kemandirian, karena ketersediaan bahan alam untuk bahan obat herbal yang berlimpah tumbuh subur di Indonesia. 

Daniel juga menjelaskan bahwa untuk mendorong inovasi, pihaknya bekerja sama dengan perguruan tinggi baik dalam dan luar negeri termasuk dari Universitas Osaka di Jepang dalam meningkatkan keamanan produk jamu.

Pada kesempatan yang sama juga terdapat pemilihian duta jamu dimana Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya yang juga merupakan unit karya dari Yayasan Atma Jaya turut mengirimkan dua orang delegasi. Dari dua delegasi yang berpartisipasi, Ni Nyoman Ayu Respani, mahasiswi Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, berhasil terpilih menjadi Duta Jamu Bidang Parawisata.

Jamu secara resmi juga diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO dan telah dikenal serta populer di kalangan masyarakat Indonesia sebagai produk untuk obat ataupun suplemen. Melalui kerja sama ini diharapkan RS Atma Jaya dapat menjadi pionir lahirnya riset terkait jamu dan dapat memperkuat peranan jamu untuk mendukung kesehatan masyarakat sekaligus memperkanlkan potensi jamu ke skala internasional.