Inovasi Keuangan Mikro untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah
- VIVA.co.id/Andrew Tito
Jakarta, VIVA — Andi Taufan Garuda Putra, seorang pria berusia 27 tahun, memilih jalan yang tidak biasa dalam hidupnya. Meski memiliki karier mapan sebagai konsultan bisnis di perusahaan multinasional, Taufan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan membangun lembaga keuangan mikro.
Keputusan ini bukan tanpa alasan seperti dilansir dari laman Astra Satu Indoneisa. “Di pekerjaan sebelumnya, saya merasa hidup tidak memiliki arti,” ungkap Taufan.
Baginya, hidup baru bermakna jika bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Keinginan itulah yang akhirnya mendorong lulusan Institut Teknologi Bandung ini untuk mendirikan Amartha Microfinance, sebuah lembaga keuangan mikro yang ditujukan untuk masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.
Komitmen untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Amartha Microfinance didirikan dengan tujuan yang jelas: menyediakan akses keuangan bagi mereka yang membutuhkan. Untuk mewujudkan misinya, Taufan rela menguras tabungan pribadinya demi membangun Amartha. Lembaga ini bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan pinjaman yang mudah diakses. “Amartha didirikan untuk membantu mereka yang tidak memiliki akses ke lembaga keuangan formal,” jelas Taufan.
Namun, langkah besar ini tidak langsung mendapat dukungan penuh dari keluarganya. Pada awalnya, orang tua Taufan meragukan keberhasilan Amartha dan menganggap bahwa usaha ini tidak akan memberikan keuntungan yang nyata. Meski demikian, Taufan berhasil meyakinkan keluarganya untuk mendukung impiannya, dan akhirnya keluarganya pun mendukung penuh inisiatifnya ini.
Sistem Pembiayaan Berbasis Kelompok
Amartha Microfinance menerapkan sistem pembiayaan berbasis kelompok dengan skema bagi hasil. Sistem ini melibatkan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 10 hingga 15 orang, dengan mayoritas penerima manfaat adalah perempuan. Melalui sistem ini, Amartha berusaha tidak hanya menyediakan dana, tetapi juga membentuk ikatan komunitas yang saling mendukung. Pendekatan ini mendorong adanya tanggung jawab bersama dalam pembayaran angsuran dan memperkuat rasa solidaritas di antara anggota kelompok.
Hingga saat ini, Amartha telah berhasil membina 45 kelompok di wilayah Ciseeng, Bogor, yang meliputi total 720 anggota tersebar di 14 kampung. Setiap anggota kelompok bisa mendapatkan plafon pembiayaan antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta, dengan angsuran berkisar antara Rp13.500 hingga Rp26.000 per minggu selama satu tahun. Dengan jumlah angsuran yang terjangkau, anggota dapat mengelola keuangan mereka tanpa terbebani, sementara dana tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan produktif, seperti usaha kecil atau peningkatan ekonomi keluarga.
Memberdayakan Perempuan sebagai Pilar Ekonomi Keluarga
Amartha menargetkan bantuan kepada perempuan karena perempuan sering kali menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Melalui pembiayaan ini, perempuan didorong untuk mengembangkan keterampilan ekonomi mereka, baik itu dalam bidang usaha kecil atau pekerjaan lainnya yang bisa membantu menambah penghasilan rumah tangga. Hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan peran perempuan dalam pengambilan keputusan finansial di keluarga mereka.
Dengan pendekatan inovatif yang diterapkan oleh Amartha, Taufan tidak hanya membantu mengurangi kemiskinan tetapi juga menciptakan sistem keuangan yang inklusif. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi berbagai pihak untuk terus mengembangkan layanan keuangan yang mudah diakses dan berkelanjutan bagi masyarakat kurang mampu. Keberhasilan Amartha menunjukkan bahwa dengan sedikit dukungan dan akses keuangan, masyarakat berpenghasilan rendah dapat membangun kehidupan yang lebih baik.