Marwan Hakim, Pejuang Pendidikan untuk Putra Putri Daerah di Lombok Timur

Meskipun memiliki peran yang signifikan dalam dunia pendidikan dan agama, penampilannya tetap sederhana dan bersahaja. Foto : Satu Indonesia
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andrew Tito

Jakarta, VIVA — Marwan Hakim, seorang ustaz yang berusia 35 tahun, telah menjadi sosok yang sangat dihormati di Desa Aikperapa, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. 

Meskipun memiliki peran yang signifikan dalam dunia pendidikan dan agama, penampilannya tetap sederhana dan bersahaja. 

Dilansir dari Astra Satu Indonesia, tidak ada ciri khas ustaz seperti sorban atau peci putih yang biasa dipakai oleh pemuka agama. 

Sering kali, orang dari luar desa bahkan salah mengiranya sebagai tukang ojek. 

Meskipun memiliki peran yang signifikan dalam dunia pendidikan dan agama, penampilannya tetap sederhana dan bersahaja. Foto : Satu Indonesia

Photo :
  • VIVA.co.id/Andrew Tito

Namun, di balik penampilan sederhananya, Marwan adalah seorang pejuang pendidikan yang telah memberikan kontribusi luar biasa bagi kemajuan pendidikan di daerah terpencil tersebut.

Peran besar Marwan dalam pendidikan dimulai dari kesadaran akan rendahnya akses pendidikan formal di Desa Aikperapa, terutama setelah anak-anak menyelesaikan pendidikan dasar. 

Pada tahun 2002, Marwan melihat banyak anak-anak yang setelah lulus SD tidak melanjutkan pendidikan mereka karena tidak adanya sekolah lanjutan di desa tersebut. 

Melihat hal ini, Marwan tergerak untuk bertindak. Dengan semangat tinggi, ia memelopori pendirian sekolah menengah pertama (SMP) di desanya. 

Awalnya, sekolah tersebut dibuka di rumahnya sendiri, yang menjadi SMP pertama di Aikperapa. 

Tidak puas hanya dengan mendirikan SMP, Marwan bersama teman-temannya juga berupaya mendirikan sekolah menengah atas (SMA) di daerah tersebut.

Upaya Marwan dalam mendirikan sekolah tidaklah mudah, namun semangatnya untuk menggerakkan pendidikan di Aikperapa tidak pernah padam. 

Ia berusaha keras untuk menyemangati anak-anak dan orang tua agar mereka melihat pentingnya pendidikan, meskipun tinggal di daerah terpencil. 

Kini, hasil dari perjuangan Marwan dan rekan-rekannya mulai terlihat. Sekolah yang didirikan pada tahun 2004 telah meluluskan lebih dari 200 siswa SMP dan 50 siswa SMA. 

Ini adalah pencapaian besar bagi sebuah desa kecil yang dulunya tidak memiliki akses ke pendidikan menengah. Semangat belajar yang ia kobarkan tidak hanya dirasakan oleh anak-anak di desa Aikperapa, tetapi juga sampai ke Dusun Bornong, desa tertinggi yang terletak di kaki Gunung Rinjani. 

Marwan telah berhasil membuka peluang pendidikan yang sebelumnya tertutup bagi anak-anak di wilayah tersebut.

Salah satu hal yang membuat pendekatan pendidikan Marwan unik adalah kebijakan sekolah yang inklusif dan peduli terhadap kondisi ekonomi masyarakat. 

Pihak sekolah tidak pernah memaksa orang tua murid untuk membayar biaya pendidikan dengan uang tunai jika mereka tidak mampu. 

Sebagai gantinya, Marwan memberikan kebebasan kepada keluarga untuk membayar biaya administrasi secara in natura, yaitu dengan hasil bumi seperti tanaman pisang. 

Kebijakan ini mencerminkan kepedulian Marwan terhadap kesulitan ekonomi warga desa, sekaligus menjadi bukti bahwa akses pendidikan tidak boleh dibatasi oleh kemampuan finansial. 

Dengan kebijakan ini, pendidikan menjadi lebih terjangkau dan relevan bagi masyarakat pedesaan yang mayoritas berprofesi sebagai petani.

Perjuangan Marwan Hakim adalah contoh nyata dari dedikasi seorang tokoh lokal yang tanpa pamrih bekerja untuk kemajuan pendidikan di daerah terpencil. 

Kontribusinya tidak hanya menciptakan akses bagi anak-anak untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, tetapi juga memberdayakan masyarakat melalui kebijakan yang adaptif terhadap kebutuhan lokal. 

Semangat dan kegigihan Marwan telah menjadi inspirasi bagi banyak orang, menunjukkan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah kecil, dan pendidikan adalah kunci utama untuk membuka jalan menuju masa depan yang lebih baik bagi generasi muda di Lombok Timur.