UNESCO dan UNICEF Siapkan Upaya Mitigasi Etika Penggunaan Teknologi Pendidkan
- VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)
Bali, VIVA – Perkembangan teknologi Artificial Intelegence (AI) atau kecerdasan buatan yang pesat memicu kekhawatiran bagi pemangku kepentingan di dunia pendidikan. Untuk itu, UNESCO dan UNICEF menyiapkan upaya mitigasi terkait etika penggunaan teknologi pendidikan.
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Itje Chodidjah mengatakan, upaya mitigasi nantinya akan jadi rekomendasi terkait etika penggunaan teknologi pendidikan.
“Dalam aksi tematik dari UNESCO, terdapat panduan untuk mendorong pembelajaran yang inklusif, setara, aman, dan sehat serta sejumlah visi lain terkait pendidikan," kata Itje di Bali Beach Convention Center (BBCC), Denpasar, Kamis, 3 Oktober 2024.
Kekhawatiran itu menjadi perhatian para delegasi Gateways Study Visit Indonesia 2024 yang berlangsung di Bali, 1-3 Oktober 2024.
Gateways Lead UNESCO Mark West mengungkapkan wilayah Indonesia yang luas menjadi tidak mudah untuk menyatukan pendidikan. Transformasi digital menjadi cara yang tepat untuk mendukung pendidikan
Menurut Mark, pendidikan dan teknologi bukan memisahkan tapi menyatukan. Masa depan pendidikan, kata Mark, adalah memberdayakan guru dan teknologi.
"Saya terkesan dengan pendidikan Indonesia, sangat terperinci. Mereka menggunakan teknologi manusia dan lingkungan di sekolah," kata Mark West.
UNICEF yang diwakili Frank van Cappelle selaku Gateways Lead menyebut, poin penting dari intervensi teknologi di dunia pendidikan, yang bukan hanya terkait skala dan keterjangkauan.
"Di Indonesia, ada pola pikir yang berubah mengenai pendekatan transformasi pendidikan. Dengan kehadiran teknologi, sejumlah aspek dalam pengajaran yang bersifat administratif dapat diotomatisasi sehingga menjadi sederhana," kata Frank.
Sementara, Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PDM) Iwan Syahril mengatakan, rencana pembangunan jangka panjang 2045 untuk pendidikan adalah literasi dan numerasi.
Iwan mengatakan, pencapaian asesmen nasional mengalami progress kenaikan literasi dari 53% menjadi 67%. Sedangkan numerasi dari 33% menjadi 60%.
"Sudah ada pemulihan pasca covid-19 rentang tahun 2022-2023 karena sekolah sudah masuk lagi," kata Iwan.
"Saya berharap ekosistem teknologi pendidikan memudahkan kerja pengajaran hingga administrasi oleh guru dan kepala sekolah," tambahnya.
Menurutnya, pendidikan di Indonesia berada pada track yang benar. Saat ini, transformasi pendidikan dihadapi 60 juta siswa di Indonesia. Kondisi itu, kata Iwan, membutuhkan kolaborasi. Indonesia memiliki 437.334 sekolah dan 4 juta guru serta 552 pemerintah daerah.