Momentum Gedung DPR Diduduki Mahasiswa Mei 1998
- U-Report
VIVA Edukasi – Reformasi 1998 menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Krisis yang dialami negara dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap Presiden Soeharto menjadi beberapa alasan yang akhirnya mendorong Reformasi terjadi.
Tanggal 18 Mei 1998 menjadi salah satu momen dramatis dalam perjalanan Reformasi. Pada saat itu, ribuan mahasiswa berhasil menguasai Gedung MPR/DPR.
Di sana, mereka berdemonstrasi dan mengungkapkan tuntutan agar Soeharto mundur dari jabatannya. Sebagian mahasiswa bahkan melakukan aksi duduk di atap Gedung MPR/DPR sebagai bentuk protes.
Negosiasi
Melansir dari berbagai sumber, Selasa, 16 Mei 2023, Kelompok pertama yang berhasil masuk ke dalam gedung DPR pada 18 Mei 1998 berasal dari Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ). Mereka masuk sekitar pukul 11.30.WIB, terdiri dari 50 perwakilan mahasiswa dari FKSMJ berasal dari berbagai kampus.
Keberhasilan perwakilan FKSMJ masuk ke dalam gedung DPR, membuat kelompok mahasiswa lainnya juga ikut bernegosiasi untuk bisa masuk ke dalam kompleks parlemen itu. Hasilnya, pukul 13.00 WIB, sejumlah mahasiswa diperbolehkan masuk.
Saat itu, dalam audiensi FKSMJ menuntut dilaksanakannya Sidang Istimewa MPR untuk mengganti Soeharto.
Pada hari yang sama, gedung DPR juga sudah didatangi perwakilan Institut Pertanian Bogor yang dipimpin Rektor IPB Soleh Salahuddin. Mereka menemui Fraksi Karya Pembangunan (Golkar) dan Fraksi Persatuan Pembangunan menyampaikan tuntutan mereka yaitu reformasi di segala bidang.
Mereka yang hadir di Gedung DPR
Pada 18 Mei 1998, tak hanya mahasiswa yang bergerak menuju gedung DPR RI. Sejumlah tokoh ikut melebur dalam Gerakan Reformasi Nasional tersebut.
Tokoh yang datang antara lain Subroto, YB Mangunwijaya, Ali Sadikin, Solichin GP, Rendra, dan Sri Edi Swasono. Mereka juga sempat berorasi di dalam gedung DPR. Salah satunya Dimyati Hartono, yang menuntut reformasi bidang politik, ekonomi, dan hukum; serta tuntutan mundurnya Soeharto-Habibie.
Dalam hari yang sama, Ketua PP Muhammadiyah Amien Rais juga sedang mengadakan pertemuan dengan Komisi II DPR.
Dalam pertemuan tersebut, Amien Rais mengatakan, Sultan Hamengkubuwono X siap memimpin long march pada 20 Mei 1998 di Yogyakarta untuk menuntut digelarnya Sidang Umum Istimewa MPR dengan agenda penggantian kepemimpinan nasional.
Terus Berlanjut
Esok harinya, pada 19 Mei 1998, aksi demonstrasi semakin besar, jumlah mahasiswa dan aktivis akan semakin banyak untuk menuntut Soeharto mundur.
Dinamika politik yang ada saat itu pun tidak menguntungkan Soeharto, sehingga pada 21 Mei 1998 ia memutuskan mundur dari presiden Republik Indonesia. Agenda pertama reformasi, yaitu mundurnya Soeharto berhasil dilakukan.