Masuk Sekolah Jam 5 Pagi, Pendeta Merry: Bentuk Kekerasan terhadap Anak

Murid kelas 12, SMAN 6 Kupang masuk sekolah jam 5 pagi
Sumber :
  • Jo Kenaru (NTT)

VIVA Edukasi – Ketua Majelis GMIT Pendeta Merry L.Y Kolimon mengatakan anak-anak sekolah masuk jam 5 pagi termasuk bentuk kekerasan terhadap anak.

Hal itu dikatakan Peneta Merry saat membuka Sinode GMIT ke-50 di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa 28 Februari 2023.

Pendeta Merry menilai, kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi yang dicetus oleh Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat itu kontra produktif serta mengganggap sebagai bentuk kekerasan terhadap anak.

Gubernur NTT, Viktor Laiskodat.

Photo :
  • partainasdem.id

“Bapak gubernur yang kami kasihi, kami turut mendengar dan melihat kebisingan di media sosial soal sekolah jam 5 pagi. Kami mohon ada kajian yang baik dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai hal itu sebelum dijalankan. Kami percaya bapak gubernur punya hati terlalu sayang NTT kami sudah menjadi saksi-saksi,” ungkap Pdt.Merry dalam pidatonya.

Menurut pendeta Merry, untuk masuk sekolah jam 5 pagi mungkin maksudnya baik, tetapi jika tidak ada pertimbangan yang menyeluruh kebijakan seperti itu dapat menjadi kekerasan bagi anak-anak dan kontra produktif terhadap tujuannya yang mulia mencerdaskan kehidupan bangsa.

Murid kelas 12, SMAN 6 Kupang masuk sekolah jam 5 pagi

Photo :
  • Jo Kenaru (NTT)

“Karena itu kami dari majelis GMIT meminta ada kajian yang hasilnya disosialisasikan secara baik kepada masyarakat sebelum diberlakukan,” pinta Pdt. Merry.

Seperti diketahui sebelumnya, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat mengatur jam masuk sekolah untuk SMA dan SMK menjadi jam 05.00 pagi dari biasanya jam 07.00 pagi. 

Selama masa uji coba, kebijakan itu terbatas pada 10 sekolah di Kupang, terdiri dari lima SMA yakni SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 5 dan SMAN 6, sedangkan empat SMK terdiri dari SMKN 1, SMKN 2, SMKN 3 dan SMKN 4. (Jo Kenaru/tvOne/NTT)