5 Teori Masuknya Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia, Peran Besar Perdagangan
- Pixabay
VIVA Edukasi – Di masa awal pedagangan kuno Nusantara wilayah pesisir Sumatera dan Jawa menjadi pusat perdagangan yang cukup besar. Banyak pedagang yang singgah, baik dalam maupun luar negeri. Hal ini karena Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera.
Hal tersebut juga yang menyebabkan Indonesia menjadi daerah yang dilewati jalur perdagangan dan kapal pesiar internasional. Adanya perdagangan internasional yang terjadi di Nusantara atau kini Indonesia, muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu dan Buddha ke Indonesia.
Berikut lima teori proses masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia yang VIVA rangkum dari buku Indonesia dalam Alur Sejarah dan sumber lainnya:
1. Teori Waisya
Dilaporkan dari buku Sejarah Politik dan Kekuasaan (2019) oleh Tappil Rambe dan teman-teman, menuliskan bahwa hipotesis ini dikemukakan oleh N.J Krom yang menyebutkan proses masuknya kebudayaan Hindu melalui hubungan dagang antara India dan Indonesia.
Kaum pedagang (Waisya) India yang berdagang di Indonesia mengikuti angin musim. Jika angin musim tidak memungkinkan mereka untuk kembali, dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia. Selama para pedagang India tersebut menetap di Indonesia, mereka memanfaatkannya dengan menyebarkan agama Hindu-Buddha.
2. Teori Brahmana
Teori ini menurut Jc. Van Leur yang mengatakan kebudayaan Hindu-Buddha India menyebar melalui golongan Brahmana. Pendapatnya didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.
Golongan Brahmana dikenal menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, sehingga jelas bahwa ada peran Brahmana dalam masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia.
3. Teori Ksatria
Ada tiga pendapat mengenai proses penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan satria, yaitu: Pendapat C.C Berg C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria yang ikut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang kemudian dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya.
Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
Pendapat Mookerji Sama seperti yang diungkap oleh C.C. Berg, Mookerji juga mengatakan bahwa golongan ksatria dari India yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.
Pendapat J.L Moens J.L. Moens mencoba menghubungkan proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama.
Ternyata sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu kemudian mendirikan kerajaan di Indonesia.
4. Teori Arus Balik
Pendapat ini menjelaskan peran aktif dari orang-orang Indonesia yang mengembangkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pendapat mengenai keaktifan orang-orang Indonesia ini diungkap oleh F.D.K Bosch yang dikenal dengan Teori Arus Balik.
Teori ini menyebutkan bahwa banyak pemuda Indonesia yang mempelajari agama Hindu-Buddha ke India. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali ke Indonesia untuk menyebarkannya.
5. Teori Sudra
Teori ini disampaikan Von Van Faber yang mengatakan bahwa peperangan yang terjadi di India pada saat itu menyebabkan golongan Sudra menjadi buangan.
Kemudian mereka meninggalkan India dan mengikuti kaum Waisya dan menduga golongan Sudra yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu-Buddha ke Indonesia. Karena saat itu jumlah mereka sangat besar.