Apakah Siksa Kubur dilakukan Terus-terusan sampai Kiamat? Ini Penjelasannya
- http://informasi-fantastis.blogspot.co.id/
VIVA Edukasi – Ada sejumlah hadist yang menjelaskan tentang siksa kubur bagi golongan tertentu yang dikehendaki Allah SWT. Lantas, sampai kapan siksa tersebut berlangsung?
Menurut sebuah hadits yang berasal dari Aisyah RA, siksa kubur ini terjadi pada orang kafir dan munafik. Aisyah RA menceritakan bahwa seorang wanita Yahudi datang kepadanya lalu menceritakan tentang siksa kubur. Kemudian, wanita Yahudi itu berkata, "Semoga Allah melindungimu dari siksa kubur."
Aisyah RA lalu menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW. Beliau menjawab, "Ya, siksa kubur itu adalah benar adanya. Orang-orang kafir dan munafik akan disiksa dalam kubur mereka dengan siksaan yang dapat didengar oleh binatang."
Aisyah RA kemudian bertutur, "Sejak saat itu, tidaklah saya melihat Rasulullah mengerjakan salat, melainkan beliau pasti berdoa memohon perlindungan kepada Allah dari siksa kubur." (HR Bukhari, Muslim, dan an-Nasa'i)
Menurut Isham bin Muhammad Asy-Syarif dalam Al Jami' Ash-Shahih min Ahadits An-Nisaa', hadits tersebut menjelaskan bahwa kehidupan di alam kubur dengan segala kenikmatan dan siksanya adalah benar adanya. Ini merupakan prinsip yang dipegang oleh ahlus sunnah wal jamaah.
Lantas, apakah siksa kubur akan berlangsung terus-menerus sampai hari kiamat?
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menerangkan hal ini dalam salah satu kitabnya yang berjudul Ar-Ruh li Ibnil Qayyim. Menurutnya, ada dua pendapat mengenai hal ini, yakni siksa kubur akan berlangsung sampai malaikat israfil meniupkan sangkakala untuk yang kedua kalinya dan pendapat lain menyebut siksa kubur akan terputus karena amalan tertentu.
Pendapat yang menyebut siksa kubur berlangsung hingga hari kiamat bersandar pada hadits Samurah yang diriwayatkan Al Bukhari tentang mimpi Nabi SAW yang di dalamnya disebutkan sabda beliau, "Dia melakukan yang demikian itu hingga hari kiamat."
Dalam hadits Ar-Rabi' bin Abbas, dari Abul-Aliyah, dari Abu Hurairah turut disebutkan tentang orang yang memukuli kepalanya dengan batu dan hal itu berlangsung terus-menerus tanpa ada selang waktunya.
Sementara itu, pendapat kedua menyebut siksa kubur akan berhenti hingga waktu tertentu dan setelah itu terputus. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, siksa ini ditimpakan kepada sebagian orang durhaka yang kesalahannya ringan, sehingga dia dijatuhi siksaan sesuai dengan kesalahannya. Kemudian, siksaan di neraka diringankan lalu ia dibebaskan dari neraka tersebut.
Selain itu, siksa kubur juga bisa terputus karena doa, sedekah, istighfar, pahala haji atau bacaan yang dilakukan kerabat atau yang lainnya. Hal ini, kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, seperti yang dilakukan orang untuk memintakan syafaat bagi orang yang disiksa di dunia, sehingga orang itu bisa dibebaskan berkat syafaat yang dimintakan baginya.
"Tapi adakalanya syafaat ini juga tidak diperkenankan, karena Allah tidak menerima syafaat kecuali dari orang yang diperkenankan-Nya. Allahlah yang memperkenankan bagi seseorang untuk memintakan syafaat bagi orang lain.
Itu pun jika Allah berkenan merahmati orang yang dimintakan syafaat," lanjut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah seperti diterjemahkan oleh Kathur Suhardi. Salah satu riwayat yang menguatkan pendapat ini adalah dari Amr bin Jarir. Ia berkata,
"Jika seorang hamba berdoa bagi saudaranya yang sudah meninggal, maka ada seorang malaikat yang menemuinya di dalam kuburnya, seraya berkata, 'Wahai penghuni kubur yang terasing, ini ada hadiah dari saudaramu.'"
Siksa Kubur Bisa Diringankan
Mengutip Taisirul-Allam Syarh Umdatul-Ahkam karya Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam, ada suatu hadits Bukhari Muslim yang menceritakan bahwa siksa kubur bisa diringankan. Dari Abdullah bin Abbas RA, dia menceritakan,
"Nabi SAW melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya mereka berdua benar-benar disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar. Salah seorang di antara keduanya adalah orang yang tidak bertakbir ketika buang air kecil dan yang lainnya suka menyebarkan kata-kata untuk mengadu domba.'
Lalu, beliau mengambil pelepah kurma dan membelahnya menjadi dua bagian, lalu beliau menancapkan satu bagian di masing-masing kuburan. Mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, mengapa engkau lakukan hal itu?' Beliau menjawab, 'Semoga hal itu dapat meringankan siksa dari keduanya selama pelepah pisang itu belum mengering.'"
Hadits tersebut kemudian melahirkan pendapat bahwa meletakkan pelepah kurma di atas kuburan adalah sunnah.
Wallahu a'lam.