10 PTN Berkumpul di UGM Bahas Akselerasi Kedaulatan Pangan di Indonesia

Rektor IPB University Prof Arif Satria saat Launching Program Matching Fund Patriot Pangan di UGM
Sumber :
  • Humas UGM

VIVA Edukasi – Sebanyak 10 perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia berkumpul di UGM untuk membahas permasalahan pangan di Indonesia. Pembahasan tentang pangan ini ditandai dengan peluncuran program Matching Fund Patriot Pangan Kampus Merdeka 2022, di Balai Senat UGM,  Yogyakarta, Senin (14/11).

10 PTN tersebut adalah Universitas Syiah Kuala, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Tanjungpura-Pontianak, Universitas Pattimura-Ambon, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada, Universitas Mulawarman, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Universitas Mataram, dan Universitas Negeri Lampung

Kampus Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Photo :
  • www.ugm.ac.id


Program Matching Fund Patriot Pangan sendiri bertujuan untuk mendukung upaya kedaulatan pangan yang dilakukan  pemerintah melalui penelitian maupun pendampingan kepada masyarakat. Program ini merupakan mandat dari Ditjen DIKTI kepada 10 Universitas dalam bentuk konsorsium.

Rektor IPB yang juga sebagai Ketua Konsorsium Matching Fund Patriot Pangan Arif Satria mengungkapkan Indonesia sangat memungkinkan untuk kemandirian pangan karena penyebab krisis pangan dunia saat ini disebabkan harga gandum tinggi. Sementara Indonesia memiliki berbagai potensi pengganti gandum, seperti sorgum, jagung, singkong, ganyong, sukun hingga sagu yang punya potensi besar.

“Secara teknologi sudah selesai, kita bisa bikin beras dari sagu, beras dari jagung, beras dari sorgum semua sudah bisa. Tinggal bagaimana kita hilirisasi agar konsumsi kita meningkat dan menurunkan ketergantungan impor. Bagaimana kita membuat produk kualitasnya bagus, kita bisa hemat devisa, memperluas lapangan kerja dan membangun kepercayaan diri masyarakat,” ungkapnya di Balairung UGM.

Arif Satria menyampaikan hingga saat ini baru 10 kampus tergabung dalam Konsorsium Patriot Pangan bersama Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi sebagai penyedia dana. Saat ini tercatat ada 10 proposal teknologi pangan yang akan diimplementasikan ke masyarakat.

“10 universitas ini jadi koordinator di tiap wilayah karena diinisiasi dalam waktu yang mepet. Kami tunjuk wakil per wilayah, seperti Gorontalo, Universitas Jember dan nantinya 2023 akan mengoordinasi di wilayahnya masing-masing,” terangnya.

Arif menyebut kampus akan melakukan intervensi ekosistem pangan mulai dari hulu hingga hilir lewat teknologi para dosen yang melakukan penelitian. Para dosen masuk dalam dunia peternakan, pangan, gizi, perikanan dengan berbagai sisi baik produksi, pengolahan hingga konsumsi.

“Ada Gifood, mengatasi food waste yang masih cukup tinggi. Ini dipecahkan dengan cara cerdas. Perguruan tinggi siap berkolaborasi untuk memperkuat solusi persoalan pangan. Pemerintah dan kampus tidak bisa sendiri,” urai Arif.

Sementara itu Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan Supriyadi mengatakan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan merupakan metodologi sistem yang bisa menjamin ketercukupan pangan masyarakat.

Supriyadi menuturkan pengetahuan terhadap tata kelola persoalan pangan tidak semata berada dalam problem teknis pengetahuan pangan, namun juga keterbukaan para ilmuwan untuk saling bekerja sama secara inter dan transdisipliner untuk memastikan bahwa semua tawaran solusi bersifat komprehensif.

“Tentunya mencakup semua aspek fisik, sosial, budaya dan ekonomi, dan untuk itu UGM saat ini membawakan 8 sub program yang mewakili aspek sub kedaulatan pangan," ungkap Supriyadi.

Supriyadi merinci delapan sub program tersebut adalah adanya  ketersediaan pangan baik nabati dan hewani yang mencukupi. Keterjangkauan pangan, disebut Supriyadi harus didukung oleh teknologi terkini untuk memastikan ketersediaan pangan dengan kualitas terbaik dan dapat diakses kapanpun dalam jangka waktu yang cukup hingga suplai berikutnya tersedia melaui sub-sub program.

"Di sisi lain juga sistem yang memastikan penggunaan utilitas pangan bahwa pangan dengan kualitas terbaik dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat dengan memperhatikan  manajemen pengelolaan pangan dan normalisasi limbah yang ditimbulkan dari pengelolaan pangan serta dukungan teknologi pangan, kestabilan dan kelanjutan pangan, dan pemberdayaan masyarakat melalui subprogram," tutup Supriyadi.