Korporasi dan Masyarakat Memegang Peranan Penting dalam Wujudkan Indonesia Bebas TB

Opening Ceremony The SDGs National Seminar Series, Bakrie Center Foundation
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Edukasi – Selain dari sektor kesehatan, sektor korporasi memegang peranan penting dalam mewujudkan Indonesia Bebas TB. Sektor korporasi memegang kendali atas perputaran siklus ekonomi. Ekonomi yang berkelanjutan berlandaskan pada dampak yang dihasilkan, tidak hanya soal profit (keuntungan) namun juga people (sumber daya manusia) dan planet (kelestarian lingkungan). Sektor korporasi memiliki kekuatan untuk membuat dampak perubahan besar relatif dengan waktu yang cepat. 

Hal tersebut disampaikan oleh drg. Agus Suprapto, M.Kes, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK dalam The SDGs National Seminar Series yang diselenggarakan oleh Bakrie Center Foundation dengan topik peran serta korporasi dan masyarakat dalam mewujudkan Indonesia Bebas TB di Jakarta secara hybrid, Senin, 31 Oktober 2022.

Opening Ceremony The SDGs National Seminar Series, Bakrie Center Foundation

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Menurut Agus, hingga saat ini baru ada dua perusahaan yang masuk ke dalam Wadah Kemitraan Penanggulangan Tuberkulosis (WKPTB).

“Saat ini unsur swasta dan dunia usaha baru dua yaitu Medco dan Johnson & Johnson tercatat ada di dalam WPKTB. Ke depan diharapkan semakin banyak dunia usaha yang terlibat. Sebagian besar aktivitas WKPTB didanai oleh donor, hanya 10% yang mendapatkan pendanaan mandiri utamanya dari filantropi,” jelas Agus dalam keterangannya yang diterima VIVA, Jakarta, Senin (31/10).

PT Johnson & Johnson Indonesia menjadi salah satu perusahaan yang menaruh kepedulian terhadap TBC kurang lebih selama 20 tahun ini. Hal ini disampaikan oleh Country Leader of Communication & Public Affairs PT Johnson & Johnson, Devy Yheanne saat menyampaikan pemaparan dalam The SDGs National Seminar Series secara daring. PT Johnson & Johnson Indonesia menyasar generasi muda untuk lebih peduli dan terlibat dalam pencegahan dan penanggulangan TBC di lingkungan masing-masing. 

“Edukasi terkait TBC harus selalu kita lakukan, bersama-sama. Karena masih banyak informasi yang tidak tepat tentang TBC. Selama 2 dekade kami melakukan edukasi, advokasi, pendanaan untuk menunjang fasilitas kesehatan yang lebih baik terutama dalam menangani TBC. Lebih dari 470 ribu penanganan TBC Multi Drug Resistence (MDR) yang telah kami lakukan di 153 negara, termasuk 30 negara dengan tingkat risiko TB tertinggi,” jelas Devy.

Opening Ceremony The SDGs National Seminar Series, Bakrie Center Foundation

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa
 

PT Johnson & Johnson menyatukan inisiatif seluruh Asia Pasifik untuk memobilisasi dan memberdayakan pemuda usia 18-29 tahun untuk ikut turun tangan mewujudkan Eliminasi TBC. Salah satunya melalui gamifikasi TB Warriors yang ditujukan untuk mengedukasi generasi muda terkait TBC. 

“Kami mengajak para remaja untuk membagikan permainan TB Warriors di jejaring media sosial, kemudian mereka ikut berpartisipasi dalam permainan dan dari sana menunjukkan bagaimana para remaha ini berkomitmen untuk menjadi Pejuang TBC,” lanjut Devy. 

Inovasi dalam rangka mempercepat eliminasi TBC tidak hanya dilakukan dari sektor kreatif seperti yang dilakukan PT Johnson & Johnson melalui gamifikasi TB Warriors, melainkan juga dilakukan oleh seorang peneliti asal Sumatera Utara, Prof. Sorimuda Sirumpaet yang berhasil menemukan botol SoSa untuk mencegah penularan TB terutama dalam proses pemeriksaan TB melalui dahak. 

Opening Ceremony The SDGs National Seminar Series, Bakrie Center Foundation

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Botol SoSa (Sori Syarifah) merupakan sebuah inovasi yang ditemukan oleh Prof. Sorimuda Sirumpaet dan Dra. Sarifah dari Universitas Sumatera Utara. Dalam penggunaannya, botol Sosa diisi oleh cairan lisol 5-20% yang dapat membunuh kuman TB dalam dahak. Kantong SoSa pernah diuji dalam upaya pemutusan mata rantai penularan TBC paru. 

“Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan melalui dahak dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut,” jelas Sorimuda dalam sesi The SDGs National Seminar saat membahas tentang inovasi untuk menanggulangi TBC. 
Inovasi kantung SoSa ini telah mendapatkan Hak Paten Sederhana dari Kementerian Hukum dan HAM Indonesia. Di tahun 2021, pengembangan kantong SoSa telah digunakan untuk menurunkan insiden TB Paru di Kabupaten Samosir. 

“Peneliti dan akademisi sebagai bagian dari stakeholder juga memiliki peranan penting dalam menciptakan inovasi dan mengembangkan keilmuan untuk eliminasi TBC ini,” sambungnya. 

Opening Ceremony The SDGs National Seminar Series, Bakrie Center Foundation

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Selain korporasi dan akademisi/peneliti, masyarakat memiliki peran tak kalah penting dalam mencegah dan menanggulangi TBC. Henry Diyatmo, Direktur Eksekutif Stop TB Partnership Indonesia (STPI) Kembali menegaskan untuk mewujudkan Indonesia Bebas TBC dan Eliminasi Tuberkulosis pada tahun 2030 nanti diperlukan sinergi dari seluruh pihak, termasuk masyarakat. Kolaborasi antar pihak ini yang menumbuhkan inovasi baru dalam strategi penanggulangan TBC.

“STPI memaksimalkan peran masyarakat dengan adanya advokasi kebijakan salah satunya melalui advokasi level desa seperti pengembangan Desa Siaga TBC, kemudian adanya kampanye kesadaran masyarakat melalui sosialisasi dalam upaya mengubah stigma menjadi data yang melibatkan kader desa siaga TBC lewat wadah perkumpulan masyarakat,” ujar Henry.