3 Contoh Hadits Dhaif dan Penjelasannya

hadits
Sumber :

VIVA Edukasi – Dalam ajaran Islam, terdapat berbagai macam jenis hadits, salah satunya adalah hadits dhaif. Hadits dhaif adalah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits sahih dan hasan. Dari sandaran matannya, hadits dhaif terbagi menjadi hadits mauquf dan maqthu.

Hadits mauquf adalah hadits yang diriwayatkan dari para sahabat yang berupa perkataan, perbuatan dan taqrirnya. Sedangkan hadits Maqhtu diriwayatkan dari Tabi’in. Secara bahasa, dhaif artinya adalah lemah. Kata dhaif memiliki dua macam makna, yakni secara lahiriah dan juga maknawiyah. Sedangkan dalam ilmu hadits, dhaif diartikan secara maknawiyah. 

Kedhaifan suatu hadits terkadang terjadi pada sanad atau matannya. Mengenai hal ini, hadits dhaif dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Hadits Maqlub, yang sanad atau matannya berubah karena ada lafal yang mestinya diakhirkan namun didahulukan, atau sebaliknya. Ini disebabkan oleh kurang kuatnya hafalan perawi. Contohnya hadits Muslim dari Abu Hurairah r.a yang artinya: “... dan seseorang yang bersedekah dengan sesuatu yang sedekah yang disembunyikan, hingga tangan kanannya tak mengetahui apa-apa yang telah dibelanjakan oleh tangan kirinya”.

Terjadi pemutarbalikan dengan hadits riwayat Bukhari atau riwayat Muslim sendiri pada tempat lain yang berbunyi, “(hingga tangan, kirinya tak mengetahui apa-apa yang dibelanjakan tangan kanannya.)”.

Tukar menukar pada sanad juga bisa terjadi, contohnya rawi Ka’ab bin Murrah menjadi Murrah bin Ka’ab.

2. Hadits Mudraf, hadits yang di dalamnya terdapat sisipan atau tambahan.

3. Hadits Mushahhaf. Terdapat perbedaan dengan hadits yang diriwayatkan oleh tsiqah, karena di dalamnya terdapat beberapa huruf, lafadz, atau makna yang diubah. Akibatnya maksud hadits menjadi jauh berbeda dari makna semula.

Contoh Hadits Dhaif dan Penjelasannya
Contoh Hadits Dhaif 1:

Diriwayatkan oleh Umar bin Rasyid dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang sholat 6 rakaat setelah sholat maghrib dan tidak berbicara sedikit pun di antara sholat tersebut, maka baginya sebanding dengan pahala ibadah selama 12 tahun.”

Imam ahmad dan Yahya bin Main mengatakan bahwa hadits dari Umar tersebut adalah dhaif dan tidak bernilai sama sekali. Ini sependapat dengan Imam Bukhari bahwa hadits tersebut termasuk dalam hadits munkar di mana urutan sanadnya sangat lemah.

Tak hanya itu, Ibnu Hibban menjelaskan bahwa tidak halal menyebut hadits di atas kecuali untuk maksud mencatatnya. Sebab, dalam suatu riwayat dikisahkan, Umar pernah memalsukan hadits atas nama Malik dan Ibn Abi Dzib.

Contoh Hadits Dhaif 2:

Diriwayatkan oleh Juraisy an-Nahdy dari seorang laki-laki Bani Sulaim, Rasulullah bersabda, “Puasa itu setengahnya kesabaran dan kesucian itu setengahnya iman.”

Imam Ibunul Maidi dalam kitab Tahdibut Tahdzin, sanad hadits ini dikatakan dhaif. Sebab, Juraisy Bin Kulaib adalah seorang mahjul atau tidak dikenal.

Contoh Hadits Dhaif 3:

Diriwayatkan dari Musa bin Ubaidah, dari Abu Hurairah ra mengatakan Rasulullah bersabda, “Segala sesuatu itu ada zakatnya. Zakat badan adalah puasa. Puasa itu separuh kesabaran.”

Hadist di atas juga digolongkan sebagai hadits dhaif karena Musa bin Ubaidah dinilai lemah oleh sekelompok ulama ahli hadits. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tahdibut Tahdzin, Musa dikisahkan adalah seorang yang soleh dan ahli ibadah, namun lemah dalam periwayatan hadits.