Menilik Sistem Irigasi Pasca Bencana Gempa
- Istimewa
VIVA Edukasi – Bencana gempa besar sempat melanda Palu pada tahun 2018 lalu. Akibat bencana gempa tersebut, jaringan irigasi pemasok air untuk lahan pertanian pun rusak.
Jaringan irigasi Gumbasa merupakan pemasok utama yang mengairi areal pertanian di lima kecamatan di Sulawesi Tengah. Namun Jaringan Irigasi Gumbasa rusak dan tak dapat berfungsi normal akibat bencana gempa di Palu pada 2018 lalu.
Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III Palu melanjutkan rehabilitasi jaringan irigasi Gumbasa, sehingga areal Gumbasa yang fungsional kurang lebih 4.593 ha dapat produktif kembali, serta areal sawah potensial dari total 8.180 ha areal Gumbasa dapat menjadi areal sawah fungsional.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa irigasi di kawasan hulu Gumbasa untuk mengairi lahan pertanian subur, menjadi prioritas untuk difungsikan kembali setelah bencana gempa.
Kepala BWS Sulawesi III Taufik mengatakan, sebelumnya telah diselesaikan rehabilitasi bendung dan saluran Daerah Irigasi (DI) Gumbasa tahap I untuk areal pertanian seluas 1.070 ha yang rusak akibat gempa pada 28 September 2018. Kemudian saat ini dilanjutkan pekerjaan rehabilitasi Bendung dan Saluran Irigasi DI Gumbasa tahap II yang ditargetkan rampung pada 2023.
"Untuk rehabilitasi irigasi Gumbasa tahap II, pekerjaan dibagi menjadi lima paket. Dari kelima paket, saat ini sebanyak empat paket dari loan Asian Development Bank (ADB) sudah berjalan memasuki tahapan konstruksi," ujar Taufik dalam keterangannya yang diterima VIVA, Jakarta, Rabu (24/8).
Untuk diketahui, DI Gumbasa terletak di area lembah Palu yang memanjang dari kaki hulu Sungai Gumbasa mengalir hingga Sungai Kawatuna di Kota Palu. Secara administratif, DI Gumbasa melayani lima Kecamatan yang berada di Kabupaten Sigi dan Kota Palu, yaitu Kecamatan Gumbasa, Tanambulaya, Dolo, Sigi Biromaru, dan Palu Selatan yang memiliki luas irigasi potensial 8.180 ha.
DI Gumbasa dibangun pada 1931 yang mulanya hanya berupa free intake dengan suplai air dari Sungai Gumbasa, kemudian oleh Departemen PU dibangun menjadi bendung permanen pada tahun 1976.