Sejarah Istana Merdeka Jakarta, Perlu Diketahui

Istana Merdeka
Sumber :
  • vivanews/Andry Daud

VIVA Edukasi – Istana merdeka merupakan tempat resmi kediaman dan kantor Presiden Republik Indonesia yang letaknya menghadap ke Taman Monumen Nasional (Monas) Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta. Istana dengan luas sekitar 2.400 m² ini terletak satu kompleks dengan Istana Negara dan Bina Graha.

Menukil laman Kementerian Sekretariat Negara, Presiden RI yang betul-betul tinggal adalah Presiden pertama Soekarno, Presiden keempat Abdurrahman Wahid, dan Presiden ketujuh Joko Widodo sebelum kemudian bertempat tinggal di Istana Bogor.

Sejarah singkat Istana Merdeka

Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, istana ini menjadi saksi penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949. Republik Indonesia Serikat diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan Kerajaan Belanda diwakili oleh A.H.J. Lovink.

Penandatangan naskah kedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan pada waktu bersamaan, baik di Belanda (di Amsterdam: pada pukul 10.00 waktu setempat) maupun di Indonesia (di Jakarta dan Yogyakarta: pada pukul 16.00).

Setelah penandatanganan naskah itu, bendera merah putih mulai dikibarkan dan lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang dimana-mana dibarengi teriakan “merdeka, merdeka, merdeka” menggema di seluruh pelosok Tanah Air.

Itulah sebabnya istana itu dinamakan istana Merdeka.

Istana Merdeka saat jaman Soekarno.

Setelah penandatanganan, keesokan harinya, 28 Desember 1949. Presiden RI Soekarno beserta keluarga tiba di Jakarta dari Yogyakarta, mendiami Istana Merdeka untuk pertama kalinya.

Fungsi Istana Pada jaman Soekarno, Presiden memakai ruang di sisi timur Istana Merdeka sebagai kamar tidurnya. Ruang tidur itu berseberangan dengan ruang kerjanya dan dipisahkan oleh bangsal luas yang dikenal sebagai ruang resepsi.

Sisi barat depan Istana Merdeka dipergunakan bagi kegiatan-kegiatan resmi, misalnya sebagian ruangan menjadi tempat tunggu untuk Duta Besar sebelum menyerahkan surat-kepercayaan kepada Presiden.

Sebagian lagi menjadi ruang tamu Presiden yang kemudian dikenal sebagai ruang Jepara karena ruangan ini pada masa Presiden Soeharto diisi dengan meja-kursi kayu dan ragam interior ukiran dari Jepara.

Ruang kerja Presiden Soekarno diisi dengan meja dari kayu masif, setelan kursi tamu dari kulit, dan dua dinding yang dipenuhi lemari buku yang tingginya sepertiga dinding. Ruang kerja ini nyaris tidak berubah setelah ditinggalkan Bung Karno dan selama 32 tahun dipergunakan oleh Presiden Soeharto. Baru pada masa Presiden B.J. Habibie ruang tersebut mengalami sedikit perubahan.

Pembangunan kamar untuk tamu negara

Presiden Soekarno juga memerintahkan arsitek Soedarsono merancang bangunan tempat tinggal para tamu negara di dalam lingkungan Istana.

Bangunan bertingkat enam itu disebut Wisma Negara, terletak di sisi barat pelataran dalam Istana Jakarta dan dibangun sepanjang tahun 1962-1964.

Lantai lima adalah sebuah suite untuk tamu agung setingkat Kepala Negara, sedangkan lantai empat merupakan suite bagi tamu agung sederajat Perdana Menteri atau Wakil Presiden.

Beberapa arca kuno juga menghiasi berbagai sudut pekarangan Istana Merdeka. Salah satu diantaranya, arca Dhyani Boddisatta, yang berasal dari Jawa Tengah pada abad ke-9 merupakan arca langka yang sudah ada di sana sejak masa Hindia Belanda.

Istana Merdeka saat jaman Presiden Soeharto.

Denyut kehidupan Istana Merdeka berubah sejak Jenderal TNI Soeharto menggantikan Ir. Soekarno. Sebagai Presiden Republik Indonesia yang kedua, Pak Harto memutuskan untuk tinggal di kediaman pribadinya di Jalan Cendana 8, Jakarta Pusat. Sejak itu praktis Istana Merdeka dan Istana Negara hanya dipakai sebagai tempat kerja, upacara, dan resepsi kenegaraan.

Pada dasawarsa terakhir masa pemerintahannya, Pak Harto bahkan makin sering menggunakan kediamannya di Jalan Cendana untuk menerima para tamu. Pada periode itu Pak Harto juga mulai sering menggunakan ruang kerja di Istana Merdeka pada hari Jum'at agar dekat dengan Masjid Baiturrahim. Beliau juga menggunakan ruang kerja di Istana Merdeka itu untuk pertemuan-pertemuan yang bersifat khusus.

Pemerintahan Presiden Soeharto berakhir dalam sebuah upacara mendadak di Ruang Kredensial Istana Merdeka pada 21 Mei 1998. Dalam acara singkat yang disiarkan langsung melalui televisi, sesaat setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri, maka Wakil Presiden Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie mengucapkan sumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk memulai tugasnya sebagai Presiden Republik Indonesia yang ketiga.

Istana Merdeka saat jaman BJ Habibie

Presiden Habibie tinggal di kediaman pribadi di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, dan berkantor di Istana Merdeka. Ia hanya berkunjung ke Istana pada saat-saat tertentu, misalnya bila memimpin Sidang Kabinet Terbatas.

Irama kerja Presiden Habibie berbeda dengan irama kerja kedua pendahulunya. Sebagai orang yang bekerja tanpa henti hingga larut malam, Pak Habibie baru memulai acaranya di Istana Merdeka pada pukul sepuluh pagi. Kadang-kadang ia tidak keluar dari Istana hingga menjelang tengah malam. Pada hari Sabtu, ia mengkhususkan waktunya di Istana Merdeka untuk menerima wartawan yang hendak mewawancarainya.

Presiden Habibie hanya sempat memerintah selama 13 bulan, dan digantikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid, yang biasa dipanggil Gus Dur.

Istana Merdeka saat jaman Gus Dur.

Pada masa kepemimpinannya, Gus Dur memindahkan keluarganya ke Istana Merdeka. Ia menggunakan ruang tidur yang semula dipergunakan Bung Karno di Istana Merdeka. Gaya hidup Gus Dur yang sangat terbuka memberi warna baru degup kehidupan Istana Merdeka.

Seringkali Istana “hidup“ selama 24 jam karena berbagai jamuan dan pertemuan keluarga yang menghadirkan tamu berjumlah besar. Gus Dur juga menggunakan ruang kerja Bung Karno.

Istana Merdeka jaman Megawati

Pada masa Presiden Megawati dipersiapkan rencana memindahkan kantor Presiden ke Puri Bhakti Renatama yang terletak di pelataran dalam antara Istana Merdeka dan Istana Negara. Bangunan tambahan itu dibangun semasa Presiden Soeharto sebagai museum untuk menyimpan lukisan dan benda-benda seni serta benda-benda hadiah.

Tetapi karena koleksi lukisan, benda seni, dan benda hadiah terus bertambah, museum itu tidak mampu lagi menampung semuanya. Gedung Bina Graha yang semula menjadi Kantor Presiden diubah fungsinya menjadi museum untuk menyimpan semua koleksi benda seni yang tidak dipajang di Istana. Sedangkan bekas bangunan museum itu direnovasi menjadi Kantor Presiden yang baru, lengkap dengan ruang untuk konferensi pers dan ruang Rapat Kabinet.

Pemimpin dunia yang berkunjung ke Istana Merdeka

Hampir semua Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dari seluruh dunia telah mengunjungi Istana Merdeka. Nama-nama mereka tercatat dalam daftar panjang para tamu negara di Istana Merdeka. Beberapa nama besar dalam sejarah dunia yang pernah berkunjung ke Istana Merdeka, antara lain:

Sri Pandit Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri Indira Gandhi, Ratu Elizabeth, Ratu Juliana, Raja Norodom Sihanouk, Jaksa Agung Robert Kennedy, Presiden Nelson Mandela, Kanselir Helmut Kohl, Presiden Bill Clinton, Putri Diana, dan Presiden Obama dan lain-lain.