Macam macam Hadits dari Shahih Sampai Dhaif
VIVA – Macam macam hadits ada banyak yang bisa diketahui, khususnya bagi umat Islam sebagai salah satu landasan dalam hal agama. Hadits sendiri menurut para ulama ahli hadits atau disebut dengan muhadditsin merupakan sifat-sifat dari Rasulullah SAW dan segala apapun yang diucapkan, yang dilakukan, taqriq (peneguhan/mendiamkan sebagai tanda membolehkan atau persetujuan) dari Rasulullah SAW.
Hadits sendiri dikelompokkan menjadi tiga macam berdasarkan tinjauan dari segi nilai sanad-nya yakni diantaranya adalah hadits shahih, hadits hasan dan hadits dhaif. Seperti yang dikutip dari berbagai sumber, berikut ini penjelasan lengkap dari macam macam hadits dalam Islam yang bisa diketahui.
Macam macam hadits
1. Hadits Shahih
Hadits yang sanadnya bersambung disebut sebagai hadits shahih, yang dimana diriwayatkan perawi berkualitas dan hafalannya tidak lemah, tidak ada syadz dan illat di dalam sanad dan matannya. Dijelaskan oleh Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil Hadits bahwa hadits shahih adalah:
“Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah.”
Syarat hadits shahih:
- Sanadnya bersambung
- Perawi harus adil, istiqomah, akhlaknya baik, tidak fasik, kehormatan dirinya terjaga (muruah)
- Dhobit, memiliki ingatan dan hafalan yang kuat atau sempurna serta hafalan tersebut mampu disampaikan kapan saja saat dikehendaki.
- Tidak bertentangan dengan hadits mutawatir atau dengan ayat al-Qur`an.
Hadits shahih terbagi menjadi dua, diantaranya seperti berikut:
a. Shahih Lizatihi
Shahih lidzatihi merupakan hadits yang dengan sendirinya menjadi shahih tanpa perlu diperkuat dengan dukungan keterangan lainnya. Misalnya seperti contoh sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, “Tangan di atas (yang memberi) lebih baik dari tangan di bawah (yang menerima).“ (HR. Bukhori dan Muslim).
b. Shohih Lighoirihi
Shahih Lighairihi merupakan hadits yang perlu diperkuat dengan dukungan keterangan lain agar menjadi shahih. Misalnya seperti contoh sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, “Kalau sekiranya tidak terlalu menyusahkan umatku untuk mengerjakannya, maka aku perintahkan bersiwak (gosok gigi) setiap akan sholat.“ (HR. Hasan).
Bila dilihat dari sanadnya, semata-mata hadits shahih lizatihi, tapi karena dikuatkan dengan riwayat Bukhori, maka menjadi shahih lighairihi.
2. Hadits Hasan
Hampir sama dengan hadits shahih, hadits hasan juga merupakan hadits yang rangkaian sanadnya bersambung. Hadits ini diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak ada syadz dan ‘illah. Hal yang membedakan dari keduanya yakni adalah kualitas dari hafalan perawinya yang tidak sekuat dengan hadits shahih.
Hadits hasan sebenarnya didefinisikan berbeda-beda oleh ulama hadits. Namun definisi yang paling mendekati benar menurut Mahmud Thahhan adalah yang dibuat oleh Ibnu Hajar yang didefinisikan sebagai berikut:
“Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil, namun kualitas hafalannya tidak seperti hadits shahih, tidak terdapat syadz dan ‘illah.”
Hadits hasan terbagi menjadi dua, diantaranya seperti berikut ini:
a. Hasan Lizatihi
Hasan lizatihi merupakan hadits yang dengan sendirinya dikatakan sebagai hasan. Bahkan sampai ada yang ke tingkat lighairihi.
b. Hasan Lighoirihi
Hasan lighoirihi merupakan hadits yang perlu didukung dengan keterangan lainnya agar dikatakan hasan. Misalnya seperti contoh sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, “Sembelihan bagi bayi hezvan yang berada dalam perut ibunya, cukuplah dengan sembelihan ibunya saja.“ (HR. Tirmidzi, Hakim, dan Darimi).
Jika hadits di atas diambil dari sanad Imam Darimi adalah Darimi menerima dari:
1) Ishak bin Ibrohim
2) Itab bin Bashir
3) Ubaidillah bin Abu Ziyad
4) Abu Zubair
5) Jabir
6) Nabi Muhammad SAW
Nama Ubaidillah bin Abu Ziyad menjadi nama yang tercela dalam sanad. Hal itu dikarenakan ia dianggap bukan seorang yang hafalannya kuat dan pendiriannya tidak teguh menurut Abu Yatim.
3. Hadits Dhaif
Hadits dhaif ini merupakan hadits yang tidak memenuhi persyaratan dari hadits shahih dan hadits hasan. Hadits hasan disebutkan dalam Mandzumah Bayquni seperti berikut ini:
“Setiap hadits yang kualitasnya lebih rendah dari hadits hasan adalah dhaif dan hadits dhaif memiliki banyak ragam.”
Hadits dhaif terbagi menjadi lima macam berdasarkan segi keterputusan sanad:
a. Hadits mursal
Hadits mursal adalah yang diriwayatkan oleh tabi`in dan menyebutkan langsung bahwa ia menerimanya dari Nabi Muhammad SAW, padahal tabi`in merupakan generasi setelah sahabat nabi jadi tidak mungkin bertemu langsung dengan nabi.
b. Hadits munqathi`
Hadits munqothi` adalah hadits dari rawi yang gugur (tidak disebutkan namanya) tidak hanya pada sahabat, tapi juga bisa terjadi pada rawi yang di tengah atau di akhir.
c. Hadits al-mu`adhdhal
Hadits al-mu`adhdhal adalah hadits dari dua orang atau lebih perawi setelah sahabat secara berurutan dan tidak disebutkan dalam rangkaian sanad.
d. Hadits mudallas
Hadits mudallas adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawinya dari orang yang sezaman dengannya, namun menerimanya secara tidak langsung dari yang bersangkutan.
e. Hadits mu`allal
Hadits mu`allal adalah hadits yang terlihat selamat, namun sejatinya memiliki kecacatan tersembunyi, baik itu yang ada pada sanadnya maupun pada matannya.
Itulah penjelasan lengkap mengenai macam macam hadits yang bisa diketahui dalam Islam. Dengan tulisan macam macam hadits ini mulai sekarang kamu bisa membedakan hadits dari yang tingkatannya paling tinggi sampai yang tidak. Semoga tulisan mengenai macam macam hadits ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kamu para umat muslim yang membaca dan membutuhkannya. Teruslah mencari ilmu sebanyak-banyaknya!