Kunjungi 5 Saja! Ini 9 Pintu Makam Sunan Gunung Jati, Merinding

Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA – Sunan Gunung Jati atau Sultan Syarif Hidayatullah Al-Azmatkhan Al-Husaini Al-Cirbuni Shahib Jabal Jati bin Sultan Syarif Malik Abdullah Umdatuddin Al-Azmatkhan Al-Husaini atau Sayyid Al-Kamil adalah salah seorang dari Walisongo. Ia dilahirkan Tahun 1448 Masehi dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alam dan Nyai Rara Santang, Putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran (yang setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Mudaim). Syarif Hidayatullah sampai di Cirebon pada tahun 1470 Masehi, yang kemudian dengan dukungan Kesultanan Demak dan Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana (Tumenggung Cirebon pertama sekaligus uwak Syarif Hidayatullah dari pihak ibu), ia dinobatkan menjadi Tumenggung Cirebon ke-2 pada tahun 1479 dengan gelar Maulana Jati.

Nama Syarif Hidayatullah kemudian diabadikan menjadi nama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di daerah Tangerang Selatan, Banten. Sedangkan nama Sunan Gunung Jati diabadikan menjadi nama Universitas Islam negeri di Bandung, yaitu Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, dan Korem 063/Sunan Gunung Jati di Cirebon. Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati berpulang ke rahmatullah pada tanggal 26 Rayagung tahun 891 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1568 Masehi. Tanggal Jawanya adalah 11 Krisnapaksa bulan Badramasa tahun 1491 Saka.

Sunan Gunung Jati meninggal dalam usia 120 tahun, dimana putra dan cucunya tidak sempat memimpin Cirebon karena meninggal terlebih dahulu, melainkan cicitnya lah yang memimpin Kesultanan Cirebon setelah wafatnya Syarif Hidayatullah. Syekh Syarif Hidayatullah kemudian dikenal dengan Sunan Gunung Jati karena dimakamkan di Bukit Gunung Jati.

Misteri Kesaktian Sunan

Kisah hilangnya istana Pakuan kuno merupakan salah satu kisah kesaktian Sunan Gunung Jati, karena menurut naskah yang termaktub di Caruban Kanda (1844), Babad Cerbon (1877), Wawacan Sunan Gunung Jati, Sajarah Cirebon, dan Babad Tanah Sunda --yang ditulis pertengahan abad ke-20, masih ada kesaktian Sunan Gunung Jati yang membuat banyak orang tercengang saat membacanya. Di naskah-naskah itulah bertebaran mitos kesaktian Sunan Gunung Jati, diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaiman.

Lalu ada kisah, dalam persinggahannya di Cina, Syarif Hidayatullah menyebarkan Islam sambil berpraktek sebagai tabib. Setiap yang datang berobat diajarinya berwudu dan diajak salat. Manjur, si sakit sembuh. Dalam waktu singkat, nama Syarif Hidayatullah semerbak di kota raja. Kaisar pun kemudian tertarik menjajal kesaktian ''sinse'' dari Tanah Pasundan itu.

Syarif Hidayatullah dipanggil ke istana. Sementara itu, Kaisar menyuruh putrinya yang masih gadis, Lie Ong Tien, mengganjal perutnya dengan baskom, sehingga tampak seperti hamil, kemudian duduk berdampingan dengan saudarinya yang memang sedang hamil tiga bulan. Syarif Hidayatullah disuruh menebak: mana yang bener-benar hamil.

Syarif Hidayatullah menunjuk Ong Tien. Kaisar dan para ''abdi dalem'' ketawa terkekeh. Tapi, sejurus kemudian, istana geger. Ong Tien ternyata benar-benar hamil, sedangkan kandungan saudarinya justru lenyap. Kaisar meminta maaf kepada Syarif Hidayatullah, dan memohon agar Ong Tien dinikahi.

Sejarahwan Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat menyangsikan cerita ini. Dalam disertasinya di Universitas Leiden, Belanda, 1913, yang berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten, Hoesein terang-terangan menyebutkan bahwa lawatan Syarif Hidayatullah ke negeri Cina hanya legenda. Jika dilirik dari akal sehat kisah kesaktian Sunan Gunung Jati tak masuk akal, tetapi bagi Allah SWT tak ada yang tak mungkin. Bisa saja jika Allah menghendaki kejadian itu memang benar adanya, apalagi jika melihat sosok Sunan Gunung Jati yang tentunya memiliki kadar iman yang tak bisa disebut sembarangan. Wallahu'alam Bishawab.

Makam Sunan Gunung Jati

Makam Sunan Gunung Jati yang terletak di bukit Gunung Sembung hanya boleh dimasuki oleh keluarga Kraton sebagai keturunannya selain petugas harian yang merawat sebagai Juru Kunci-nya. Selain dari orang-orang yang disebutkan itu tidak ada yang diperkenankan untuk memasuki makam Sunan Gunung Jati. Alasannya antara lain adalah begitu banyaknya benda-benda berharga yang perlu dijaga seperti keramik-keramik atau benda-benda porselen lainnya yang menempel ditembok-tembok dan guci-guci yang dipajang sepanjang jalan makam. Keramik-keramik yang menempel ditembok bangunan makam konon dibawa oleh istri Sunan Gunung Djati yang berasal dari Cina, yaitu Putri Ong Tien.

Dalam perkembangannya Gunung Sembung juga menjadi komplek pemakaman keluarga Keraton Cirebon yang merupakan keturunan dari Sunan Gunung Jati. Ada 9 pintu yang terdapat dalam Makam Sunan Gunung Jati, yaitu:

  1. Pintu Gapura
  2. Pintu Krapyak
  3. Pintu Pasujudan
  4. Pintu Ratnakomala
  5. Pintu Jinem
  6. Pintu Rararoga
  7. Pintu Kaca
  8. Pintu Bacem
  9. Pintu Teratai

Para peziarah di Makam Sunan Gunung Jati hanya diperkenankan sampai dibatas pintu serambi muka yang pada waktu-waktu tertentu dibuka dan dijaga selama beberapa menit kalau-kalau ada yang ingin menerobos masuk. Dari pintu yang diberi nama Selamat Tangkep itu terlihat puluhan anak tangga menuju Makam Sunan Gunung Jati.

Untuk para pengunjung dan peziarah hanya diperbolehkan sampai pada pintu kelima, karena setelah pintu kelima itu hanya diperbolehkan untuk kalangan keturunan Sunan Gunung Jati. Jangan lupa ya dengan peraturan ini!

Kegiatan yang boleh dilakukan di sekitar makam

Tak banyak yang dapat di lakukan di sini selain berziarah ke Makam Sunan Gunung Jati, sebab memang tempat ini dikhusukan untuk wisata religi. Ketika Kamu ke makam tersebut Kamu akan melihat ternyata yang datang berziarah bukan hanya pribumi, tetapi juga dari etnis Tionghoa. Ini disebabkan dulunya Sunan Gunung Jati pernah ke negeri Tiongkok untuk menyebarkan agama Islam. Sepulangnya dari sana, anak putri dari salah satu kaisar Hong Gie jatuh cinta kepada Sunan Kalijaga dan meminta kepada ayahnya agar dapat menyusul Sunan Gunung Jati ke Cirebon dan pada umur 23 Ong Tien Nio putri dari kaisar Hong Gie wafat dan dimakamkan di dekat makam Sunan Gunung Jati.

Hal yang perlu diperhatikan saat berada di sekitar makam

Berziarah ke Makam Sunan Gunung Jati adalah salah satu keinginan banyak orang maka tempat ini akan dipenuhi para peziarah, diharapkan agar tidak teledor atau tetap waspada. Di makam ini terdapat balai yang bernama balai Pelayoman. Menurut warga setempat jika ada seseorang yang tertidur di balai tersebut ketika kembali ke rumahnya maka orang tersebut akan meninggal dunia.

Makam ini memang tak pernah sepi oleh peziarah yang datang dari seluruh pelosok negeri ini. Bukan hanya itu, beberapa peziarah juga datang dari luar negeri, di komplek pemakaman ini banyak warga yang menjual berbagai macam kebutuhan utamanya makanan. Jadi tidak usah takut untuk menginap di tempat ini. Toilet juga tersedia di tempat ini untuk kegiatan MCK dengan cukup dengan membayar Rp 2.000 rupiah untuk buang air kecil dan Rp 3.000 rupiah untuk mandi dan buang air besar.