Dinkes DKI Dorong Pemahaman Gizi Masuk Kurikulum Sekolah

Ilustrasi PEKASAZI (Pembentukan Keluarga Sadar Gizi).
Sumber :
  • vstory

VIVA –  Dinas Kesehatan DKI Jakarta mendorong pemahaman terkait gizi seimbang masuk dalam kurikulum sekolah agar anak-anak sejak dini muncul kesadaran mencegah kurang gizi kronis dengan tubuh pendek atau “stunting” dan "obesitas".

“Bagaimana mendorong program pendidikan mulai dari PAUD sampai semua jenjang, pendidikan untuk memasukkan pelajaran tentang menu gizi seimbang dalam kurikulum,” kata Kepala Dinas Kesehatan DKI, Widyastuti, pada peringatan Hari Gizi Nasional ke-62, di Jakarta, Jumat.

Widyastuti juga menyatakan, agar edukasi mengenai gizi seimbang melalui jalur lain terus digencarkan sehingga persoalan "stunting" dan "obesitas" dapat ditekan di Jakarta.

“Harapannya anak-anak sejak dini mendapatkan edukasi soal asupan makanan tepat sesuai umur, dan bagaimana sinergi program pengentasan malnutrisi baik "stunting" maupun "obesitas",” imbuhnya.

Dengan begitu, anak-anak tidak hanya menerima buku rapor yang berisi nilai-nilai mata pelajaran tapi juga mendapatkan pemahaman soal gizi. “Saya berharap DKI bersama kolaborator dan mitra di Dinas Pendidikan, PKK, komite sekolah, bisa menghasilkan generasi cerdas pengetahuan tapi fisik juga lulus. Ini PR bersama yang harus dikoreksi,” katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, pandemi COVID-19 memberikan tantangan karena berdampak terhadap peningkatan angka obesitas yang salah satunya keterbatasan mobilitas menyebabkan konsumsi makanan menjadi meningkat.

Namun, Widyastuti tidak membeberkan detail temuan angka obesitas yang timbul akibat penerapan pembatasan mobilitas saat pandemi COVID-19 di Jakarta.

Sedangkan untuk "stunting", lanjut dia, Pemprov DKI melakukan sejumlah terobosan mulai dari regulasi termasuk yang terbaru meluncurkan beras fortifikasi dengan kandungan mineral yang bermanfaat untuk mencegah masalah "stunting".

“Kemarin gubernur meluncurkan beras fortifikasi dengan kandungan mineral memadai, sehingga bisa masuk sekolah dan keluarga di DKI, bisa mencegah melalui manfaat nasi atau beras yang mengandung mineral memadai. Ini terobosan untuk masalah "stunting",” ucapnya.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan melalui buletin Situasi Stunting di Indonesia mencatat proporsi stunting pada balita di Tanah Air berdasarkan hasil Studi Status Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) tahun 2019 yaitu sebesar 27,67 persen.

Dari total persentase tersebut, proporsi "stunting" pada balita di DKI Jakarta pada 2019 mencapai 19,96 persen. Realisasi angka tersebut masih jauh dibandingkan Provinsi Bali mencapai 14,42 persen dan Kepulauan Riau 16,82 persen.

Sedangkan, angka obesitas atau kegemukan di DKI Jakarta berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat prevalensi gemuk pada balita di DKI Jakarta mencapai 11,7 persen dan tertinggi di Lampung 21,4 persen dan terendah di NTB sebesar 8,5 persen. (ant)