Pemkot Samarinda Bangun Miniatur Budaya Lokal di Sekolah

Ilustrasi menjalani kegiatan PTM di sekolah
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Pemkot Samarinda, Kalimantan Timur, tahun 2022 membangun miniatur budaya lokal di SDN 007 Sungai Pinang sebagai pusat peradaban budaya di lingkungan sekolah, sehingga dari berbagai pihak bisa belajar dan berkreasi di sekolah itu.

"Insyaallah aula di SDN 007 Sungai Pinang direhab tahun ini karena perencanaannya telah dibuat tahun lalu. Jadi di lokasi itu akan ada berbagai miniatur budaya untuk mencetak insan cerdas dan berbudaya," ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda Asli Nuryadin di Samarinda, Jumat.

Miniatur budaya dibuat, lanjutnya, karena sesuai dengan visi Wali Kota Samarinda Andi Harun, yakni dengan Visi “Terwujudnya Samarinda sebagai Kota Pusat Peradaban”, sehingga pihaknya menerjemahkan untuk pengembangan budaya lokal di lingkungan sekolah.

Di miniatur budaya lokal tersebut selain dipajang "display" karya budaya lokal juga akan ada workshop membatik, belajar tari daerah, belajar lagu daerah, belajar madihin (pantun berlagu khas Banjarmasin), kriya, dan berbagai jenis budaya lainnya.

Pihaknya memberikan kebebasan kepada manajemen sekolah untuk berkreasi mengenai budaya apa saja yang dikembangkan maupun ditanamkan kepada peserta didik, karena setiap produk yang dipajang harus bisa dipelajari, sementara untuk belajar tentu harus sudah siap infrastrukturnya.

"Untuk instruktur tentu sudah siap, karena banyak guru yang terampil di bidang masing-masing, bahkan tidak menutup kemungkinan dibantu oleh pihak luar sekolah karena di Samarinda banyak teman-teman seniman," ucap Asli.

Dipilihnya SDN 007 sebagai pusat pengembangan budaya lokal karena beberapa alasan, seperti komitmen sekolah, ketersediaan instruktur untuk mengembangkan berbagai macam budaya daerah, dan sekolah tersebut merupakan sekolah penggerak.

Menurutnya, SDN 007 Sungai Pinang adalah sekolah penggerak sehingga bisa menginspirasi bagi guru maupun sekolah lain dalam pengembangan metode pembelajaran, termasuk pengembangan budaya yang menjadi wadah membentuk karakter peserta didik.

"Terdapat enam ciri dari Sekolah Penggerak, yakni beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri. Keenamnya ini bisa masuk dalam pengembangan budaya melalui miniatur budaya," kata Asli. (ant)