ChildFund: Prinsip Sekolah Aman Penting Diterapkan
- Dokumentasi
VIVA – Keselamatan dan hak anak atas lingkungan pendidikan dasar yang berkualitas menjadi prioritas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui RUU RR No. 24 Tahun 2007 dan RUU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.
Pemerintah Indonesia berupaya untuk mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana (PRB), menawarkan pedoman Manajemen Risiko Bencana (DRM), dan Prinsip Sekolah Aman untuk menjadi faktor dalam fasilitas sekolah.
Dalam semangat perlindungan anak dan perlindungan hak-hak anak inilah, ChildFund International di Indonesia berinisiatif untuk menjalankan proyek Safe and Secure School Environment for Children (S3EC) bagi sekolah-sekolah dasar di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dan Kulon Progo, DIY.
"S3EC adalah inisiatif yang dikembangkan oleh ChildFund International dan mitra-mitranya untuk mewujudkan sekolah aman di Indonesia. Inisiatif ini telah dilaksanakan dari 2019 hingga 2021. Program ini adalah salah satu contoh kolaborasi antara lembaga mitra yaitu PBMM Mitra Anak Sejati (MAS) dengan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS) Mino Martani dengan Pemerintah Kabupaten Cilacap di Jawa Tengah," kata Aloysius Suratin, Sponsorship & Program Director ChildFund International di Indonesia dalam keterangannya.
DRR Specialist ChildFund International in Indonesia, Ivan Tagor, menyatakan ada dua kecamatan yang menjadi target. Yaitu Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, DI Yogyakarta dan Kecamatan Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah. Dinas Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah menilai Cilacap sebagai daerah dengan risiko bencana alam tertinggi.
Pada akhir Desember 2021, proyek ini berhasil menorehkan capaian dalam menerapkan tiga pilar sekolah aman, yaitu fasilitas sekolah aman, manajemen bencana di sekolah serta pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana. Dari sisi fasilitas sekolah aman, proyek ini telah melakukan renovasi mayor dan nimor terhadap 11 sekolah dasar di Kulon Progo dan 9 di Kampung Laut.
"Tidak hanya renovasi, kami juga melengkapi sekolah dengan sarana yang aman, mulai dari meja, kursi dan lemari. Di semua sekolah kini telah ada petunjuk atau rambu evakuasi. Kami juga menyediakan alat peraga ajar dan buku bacaan tentang PRB di sekolah-sekolah," kata Yuni, Program Coordinator YSBS Mino Martani.
Selain itu, terdapat 47 sekolah imbas yang juga mendapat bantuan non-fisik dari proyek ini. Pada pilar manajemen bencana di sekolah, proyek ini berupaya mendorong warga sekolah untuk turut andil dalam manajemen bencana sesuai kapasitasnya. Mulai dari komite sekolah hingga murid.
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah sosialisasi konsep sekolah aman kepada sekolah-sekolah, pelatihan untuk kepala sekolah dan guru tentang Satuan Pendidikan Aman Bencana yang difasilitasi oleh dinas Pendidikan dan BPBD, pelatihan pembuatan prosedur tetap (PROTAP) tanggap bencana dan pembentukan tim siaga bencana di sekolah, di mana PROTAP/SOP yang dibuat disesuaikan dengan jenis bahaya dan lingkungan di sekolah.
“Untuk pilar ketiga, yaitu pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana, kita mendorong terjadi integrasi PRB ke dalam pembelajaran sehari-hari. Salah satunya melalui penciptaan modul integrasi PRB yang dapat digunakan oleh guru,” kata Bertho Pintono, Pimpinan PBMM MAS.
"Saya sangat berharap kegiatan ini dapat memberikan penyebarluasan ide dan informasi kepada para pemangku kepentingan dan sekolah tentang praktik baik yang telah dilaksanakan dalam proyek sekolah aman ini," ujar Bupati Kabupaten Cilacap H. Tatto Suwarto Pamuji dalam sambutan yang diwakili oleh Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Cilacap Wijonardi.
Romo Carolus Burrows sebagai Pimpinan YSBS Cilacap menyatakan karena situasi Indonesia yang berada di ring of fire dan perubahan cuaca sering terjadi, jelas banyak hal harus menjadi perhatian. Jika kita tidak sadar dan tidak berusaha melakukan sesuatu untuk mengurangi pemanasan global, cuaca ekstrim makin lama akan makin buruk.