Kualitas Guru Beri Pengaruh yang Lebih Kuat pada Prestasi Anak

Ilustrasi guru.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ampelsa

VIVA –Peneliti The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) Nisaaul Muthiah menyebutkan kualitas guru merupakan faktor penting yang dapat memberikan pengaruh pada fondasi dunia pendidikan di Indonesia.

“Studi menunjukkan bahwa kualitas guru memiliki pengaruh yang lebih kuat pada prestasi anak, dibandingkan dengan faktor lain, seperti fasilitas dan kurikulum sekolah," kata Nisaaul dalam keterangan tertulis The Indonesian Institute di Jakarta, Jumat (26/11).

Oleh karena itu, menurut Nissaul  diperlukan perhatian lebih pada upaya perbaikan kualitas guru, baik itu dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Dinas Pendidikan, Perguruan Tinggi, maupun pemangku kepentingan lain.

Nisaaul menuturkan jika melihat kualitas yang dimiliki oleh para guru saat ini, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah masih banyaknya guru yang merasa belum menguasai materi yang mereka ajarkan.

Berdasarkan data Studi Research on Improving Education Systems (RISE), disebutkan dari 360 guru yang mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), hanya 12,43 persen guru yang menganggap dirinya menguasai materi literasi sedangkan 21,27 persen menganggap dirinya menguasai pengajaran matematika.

Padahal, penguasaan literasi dan matematika menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan menurut Programme for International Student Assessment (PISA).

Nisaaul juga menjelaskan, perbaikan dapat dimulai dengan memperbaiki kurikulum dan rekrutmen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) serta Pendidikan Profesi Guru (PPG). Hal tersebut perlu dilakukan karena PPG saat ini masih belum memadai dan berbeda dengan realita di kelas.

Ia juga menyoroti mengenai pentingnya dukungan pengembangan karier bagi guru muda, perbaikan jenjang karir, peningkatan insentif bagi guru honorer serta perlindungan bagi guru dari segala bentuk diskriminasi termasuk kekerasan seksual.

Menurutnya, banyak guru muda yang merasa mendapat dukungan yang sangat minim bagi pengembangan karir mereka.

Banyak guru yang pada awal karirnya memiliki kemampuan yang besar untuk mengajar, namun bila di awal kariernya tidak mendapat wadah yang cukup bagi pengembangan profesionalismenya, maka di waktu-waktu selanjutnya dapat mengalami penurunan semangat mengajar.

“Hal tersebut tentu berpengaruh pada kualitas pembelajaran yang akan diterima oleh murid. Begitu juga jika guru mendapat diskriminasi. Untuk itu, dibutuhkan wadah yang cukup bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme mereka, sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran anak,” tegas dia. (ant)