Untan Lakukan Penyesuaian Kurikulum Perkuat Kampus Merdeka
VIVA – Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura (Faperta Untan) Pontianak melakukan penyesuaian kurikulum untuk program studi agroteknologi dan hal itu dalam rangka memperkuat program Kampus Merdeka sehingga lulusan mampu bersaing.
"Kurikulum ini dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi dosen mencapai tujuan pendidikan. Selain itu kurikulum di program studi juga harus mampu menjawab tantangan regional dan internasional termasuk melalui Kampus Merdeka agar para lulusan yang dihasilkan memiliki kompetensi untuk bersaing di masa depan,” ujar Dekan Faperta Untan Pontianak, Denah Suswati di Pontianak, Kamis.
Ia menyampaikan sebenarnya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) ini sudah terlaksana mulai tahun akademik 2021-2022 dan mahasiswanya saat ini sudah di semester lima dan tujuh.
“Ada lima program MBKM yang diterapkan di Faperta dari delapan program yang tersedia. Ada yang ikut pertukaran mahasiswa di universitas luar Kalbar, magang dan asistensi mengajar,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, memerlukan rencana dan rancangan secara sistematis atas norma yang berlaku.
“Berkaitan MKBM, kurikulum yang ada disesuaikan. Sehingga lulusan bisa menjawab tantangan dan bisa bersaing,” kata dia.
Sementara itu, Sekjen Perhimpunan Agroteknologi/ Agroekoteknologi Indonesia (PAGI), Hadiwiyono menjelaskan kriteria kurikulum yaitu keterlibatan kepentingan dalam proses evaluasi dan pemutakhiran kurikulum.
Evaluasi dan pemutakhiran kurikulum secara berkala tiap empat sampai dengan lima tahun yang melibatkan pemangku kepentingan internal dan eksternal, serta dibahas oleh pakar bidang ilmu program studi, industri, asosiasi, serta sesuai perkembangan Iptek dan kebutuhan pengguna
"Agroteknologi ini memiliki yiga pilar yang utama, yang berbasis ilmu yaitu ilmu tanah, agronomi dan proteksi tanaman. Meskipun ada istilah baru tetapi tetap menjadi standar minimal relevan, jadi tidak perlu ada perubahan tetap istilahnya agroteknologi itu adalah teknologi produksi,"jelasnya.
Hadiwiyono mengatakan memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus untuk merumuskan asosiasi seperti mampu menerapkan ilmu agronomi, pemulihan tanaman, perlindungan tanaman, ilmu tanah dan sosial ekonomi pertanian.
“Harapan ke depannya banyaknya tenaga muda sarjana untuk bisa mengatasi dan menggantikan peran petani yang umurnya sudah bukan umur produktif, dan meningkatkan pengetahuan petani yang barang kali kurang dengan bekal mereka selama mengikuti kegiatan MBKM ini,” harap dia.
Dalam penyesuaian kurikulum tersebut Faperta Untan juga menghadirkan sejumlah pihak melalui lokakarya yakni Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Florentinus Anum.
Dalam kesempatan itu ia menyampaikan arah dan strategi pembangunan pertanian untuk pencapaian swasembada pangan berkelanjutan di provinsi Kalbar. Sehingga itu dapat menjadi gambaran bagaimana kurikulum bisa menyesuaikan sehingga menjawab tantangan atau arah pembangunan ke depan.
"Pembangunan pertanian di Kalbar di antaranya dengan penerapan pembangunan pertanian dengan strategi penguatan kapasitas kelembagaan tani (melalui kemitraan), mengawal peningkatan kualitas, kuantitas dan jenis komoditi yang berorientasi ekspor," jelas dia. (ant)