Kapan Waktu Terbaik untuk Anak Pembelajaran Tatap Muka?
- VIVA.co.id/ Sherly (Tangerang)
VIVA – Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) sudah diberlakukan di sejumlah sekolah di Tanah Air. Meski begitu, tidak sedikit dari orang tua yang masih dilema untuk mengizinkan anak mereka untuk mengikuti Pembelajaran Tatap Muka Terbatas.
Lantas bagaimana tanggapan Wakil Sekretaris Jenderal PGRI, Jejen Mussafah? Kapan waktu yang terbaik untuk anak kembali PTMT? Dan apa yang perlu dilakukan oleh orang tua agar tidak was-was?
"Was-was iya memang dilema pada satu sisi ideal tunggu pandemi ini benar-benar zero. Tapi tidak ada satu pemerintah mana pun yang tau kapan pandemi berakhir," kata Jejen dalam virtual meeting Kembali ke Sekolah atau Belajar di Rumah Mencari Solusi Terbaik Pembelajaran Anak, Selasa 21 September 2021.
Lebih lanjut, Jejen menjelaskan untuk mengatasi rasa was-was orang tua yang penting dilakukan adalah menjaga anak-anak, terutama asupan makanan dan istirahat mereka.
"Maka pertama-tama menjaga makanan, minuman, istirahat, olahraga, dan mental anak. Utamanya itu menjaga itu tadi konsumsi masukan makanan minuman supaya suara mental sehat bugar enjoy," kata dia.
Kedua yang utama adalah untuk mengajarkan anak-anak untuk patuh menjalankan protokol kesehatan mulai dari menggunakan masker, mencuci tangan hingga menjaga jarak.
Di sisi lain, Jejen juga menjelaskan kapan waktu sekolah bisa dibuka untuk menggelar PTMT. PTMT bisa dilaksanakan di sekolah jika terdapat beberapa kendala seperti akses internet hingga tidak tersedianya fasilitas penunjang untuk kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
"Ketika sekolah enggak ada jaringan internet, di wilayah itu tidak ada jaringan internet, tidak ada ada laptop, tapi pembukaan sekolah itu tetap dengan protokol kesehatan," kata Jejen.
Lebih lanjut, sekolah itu juga bisa ditutup ketika terdeteksi atau adanya temuan kasus COVID-19.
"Itu prinsip di situ, karena kita hanya bisa melihat dari penilaian Satgas COVID-19 wilayah hijau bisa laksanakan PTM. Ada kriteria lain ketika warga sekolah vaksin 80 persen, wajib. Survei menunjukkan PJJ itu menurunkan hasil belajar siswa," kata Jejen.