Cerita Alfred Wallace 'Terdampar' di Indonesia
- www.creationism.org
VIVA – Setelah mengalami serangkaian bencana dua tahun sebelumnya ketika Alfred Russel Wallace kembali ke Inggris dari Brasil, maka pada 1854, ia kembali memberanikan diri untuk melanjutkan ekspedisi.
Kali ini ia bertekad menuju Kepulauan Melayu (kini Singapura, Malaysia, Indonesia dan Timor Leste). Dalam petualangannya itu, Wallace tiba di Singapura pada 19 April tahun yang sama, dengan asistennya yang masih muda, Charles Allen.
Ia pun memutuskan tinggal selama delapan tahun di sana. Wallace kemudian mengunjungi setiap pulau penting di Indonesia, setidaknya satu kali, dan mengumpulkan hampir 110 ribu serangga, 7.500 kerang, 8.050 kulit burung, dan 410 spesimen mamalia dan reptil, termasuk lebih dari 5.000 spesies baru untuk sains.
Penemuan zoologi yang paling terkenal darinya adalah Wallace's Golden Birdwing Butterfly (Ornithoptera croesus) dan Wallace's Standard-Wing Bird of Paradise (Semioptera wallacei), di mana keduanya ditemukan di Pulau Bacan.
Sedangkan, Rajah Brooke's Birdwing Butterfly (Trogonoptera brookiana) ditemukan di Borneo (sekarang Kalimantan). Ia kemudian menuliskan seluruh hasil temuan dan pengalaman hidupnya dalam buku berjudul The Malay Archipelago.
Pada Februari 1855, di sebuah rumah kecil di Sarawak, Kalimantan, Wallace kembali menulis makalah tentang evolusi, sebelum adanya penemuan seleksi alam. Makalah ini bertajuk "Sarawak Law", yang membuat takjub seorang ahli geologi bernama Charles Lyell.
Sketsa Darwin
Sembilan bulan kemudian, setelah membaca tulisan Wallace, Lyell mulai menulis tentang "Species Notebook" dan secara serius mulai merenungkan implikasi perubahan evolusioner.
Pada April 1856, Lyell mengunjungi Charles Darwin di Down House. Di sana, Darwin menjelaskan teorinya tentang seleksi alam ke Lyell untuk pertama kalinya, seperti dikutip Wallacefund.info, Selasa, 17 Oktober 2017.
Teori ini telah dikerjakan Darwin secara rahasia selama sekitar 20 tahun. Setelah itu Lyell mengirim sepucuk surat ke Darwin yang mendesaknya untuk menerbitkan teorinya agar tidak ada yang mengalahkannya.
Mungkin Lyell ingat Wallace, tapi Darwin mengindahkan saran ini dan justru mulai menulis sebuah "sketsa" dari gagasannya untuk publikasi.
Sketsa Darwin ditanggalkannya sekitar Oktober 1856, lalu ia mulai menulis sebuah buku tentang evolusi manusia.
Pada Februari 1858, Wallace menderita demam tinggi, di mana kemungkinan besar ia terjangkit malaria di Desa Dodinga, Pulau Halmahera, Indonesia.
Charles Darwin.
Saat itu, di kepalanya muncul gagasan tentang seleksi alam sebagai mekanisme perubahan evolusioner. Begitu kondisinya membaik, ia menulis sebuah esai rinci yang menjelaskan teorinya dan mengirimkannya bersama dengan surat pengantar kepada Charles Darwin.
Wallace meminta Darwin untuk menyampaikan esainya kepada Lyell. Darwin memberi tahu Wallace dalam sebuah surat bahwa Lyell telah menemukan makalahnya pada 1855.
The Wallace Line
Alasan lain mengapa Wallace ingin Lyell membaca esainya adalah karena ini ditulis sebagai argumen melawan pandangan anti-evolusioner dalam buku Lyell, Principles of Geology.
Penemuan seleksi alam Wallace terjadi pada titik tengah Kepulauan Melayu. Pada akhir perjalanannya (dan sepanjang sisa hidupnya), ia terkenal dengan studinya tentang zoogeografi, termasuk penemuan dan deskripsi tentang diskontinuitas fauna yang sekarang menyandang namanya.
The Wallace Line membentang antara pulau Bali dan Lombok, Borneo dan Sulawesi, dan menemukan bahwa batas-batas Indonesia timur banyak spesies hewan Asia. Sebaliknya, batas-batas barat Indonesia banyak ditemukan hewan Australasia.
Wallace menghabiskan sisa hidupnya untuk mempertahankan dan mempopulerkan teori seleksi alam, serta mengerjakan beragam topik
yang berbeda.
Ia menulis lebih dari 1.000 artikel dan 22 buku, yang paling terkenal adalah The Malay Archipelago, The Geographical Distribution of Animals, Island Life and Darwinism.
Wallace meninggal dunia dalam tidurnya di Broadstone, Inggris, pada 7 November 1913. Tiga hari kemudian, ia dikuburkan di sebuah pemakaman umum di dekat rumahnya.
Pada 1 November 1915, sebuah medali untuk menghormati jasanya ditempatkan di Westminster Abbey, di samping monumen peringatan Darwin.