China Pakai Teknik Berburu Paus untuk Melumpuhkan Starlink

Ilustrasi senjata satelit di luar angkasa.
Sumber :
  • SCMP

Nanjing, VIVA – Ilmuwan China melakukan simulasi operasi satelit di luar angkasa dengan target Starlink, yang dioperasikan oleh SpaceX milik Elon Musk.

Tim yang dipimpin oleh Wu Yunhua, direktur departemen kendali kedirgantaraan di Universitas Aeronautika dan Astronautika Nanjing, mendemonstrasikannya melalui simulasi komputer.

Alhasil, hampir 1.400 Starlink dapat didekati dalam waktu 12 jam hanya dengan menggunakan 99 satelit China. Satelit ini dapat dilengkapi dengan laser, gelombang mikro, dan perangkat lain untuk pengintaian, pelacakan, atau operasi lainnya.

“Keberadaan Starlink sudah disorot sejak terlibat dalam konflik Rusia dan Ukraina. Hal ini mengkhawatirkan karena militerisasi ruang angkasa kian meningkat yang menimbulkan ancaman keamanan ruang angkasa kami. Jadi, sangat penting untuk melacak dan memantau status operasionalnya,” kata Wu, seperti dilansir dari South China Morning Post, Kamis, 16 Januari 2025.

Starlink, yang dioperasikan oleh SpaceX milik Elon Musk, telah meluncurkan lebih dari 6.700 satelit, yang rencananya akan bertambah lagi jumlahnya secara signifikan.

Melacak konstelasi sebesar itu dengan sumber daya yang terbatas menimbulkan tantangan yang sangat besar.

Perhitungan orbit yang tepat diperlukan untuk mengarahkan satelit cukup dekat untuk mendeteksi satelit Starlink tanpa menyebabkan kecelakaan.

Selain itu, peralatan yang membutuhkan banyak energi seperti laser memerlukan sinar matahari yang cukup untuk pengisian ulang, sehingga semakin mempersulit strategi operasional.

Wu dan rekan-rekannya mengklaim telah mengatasi kendala ini menggunakan algoritma kecerdasan buatan biner yang terinspirasi oleh teknik berburu paus.

Algoritma ini membantu satelit China bekerja sama untuk "memburu" satelit Starlink secara efektif.

Menurut Wu, teknologinya dapat menghasilkan rencana aksi yang andal dalam waktu dua menit, menjadikannya terobosan signifikan dalam operasi luar angkasa.

Perilaku berburu paus, yang memasukkan ikan kecil ke dalam mulutnya sambil menghemat energi, menjadi dasar bagi metode ini.

Dengan meniru proses alami ini, satelit China mampu melakukan tugas pelacakan yang rumit secara efisien.

China diketahui juga sedang berupaya membangun konstelasi satelitnya sendiri yang mirip dengan Starlink.

Namun, pengembangan semacam itu disertai risiko. Jika konstelasi ini diserang musuh maka serpihan yang dihasilkan dapat membahayakan aset antariksa lainnya, termasuk stasiun antariksa.

Untuk mengatasi hal ini, China dan negara-negara lain tengah menjajaki pengembangan satelit pencegat yang dilengkapi dengan senjata tak-destruktif untuk melumpuhkan target tanpa menimbulkan serpihan yang signifikan.

Karya Wu Yunhua menyoroti meningkatnya ketegangan dalam militerisasi ruang angkasa dan persaingan untuk mendominasi teknologi satelit.

Dengan Starlink menjadi komponen utama rencana masa depan SpaceX, perannya dalam komunikasi global dan aplikasi militer potensial semakin diawasi.