Perkawinan Terbesar Menjelang Akhir 2024

Ilustrasi operator telekomunikasi.
Sumber :
  • Dok. Telkomsel

Jakarta, VIVA – Merger, ibarat perkawinan tidak dapat dipaksakan, harus sukarela. Biarkan mereka sendiri yang 'saling taksir', apakah memang ada kecocokan.

Nah, hal itu sudah resmi dilakukan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT Smart Telcom (SmartTel) pada 10 Desember 2024 yang berganti nama menjadi XLSmart Telecom Sejahtera.

Transaksi hasil penggabungan perusahaan ini sebesar Rp104 triliun (US$6,5 miliar), lebih besar dari merger Indosat Ooredoo dengan Hutchison Tri.

Dengan demikian, jumlah operator telekomunikasi di Indonesia menyusut menjadi tiga, yaitu Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH), dan XLSmart.

Akan tetapi, pemakaian nama XLSmart baru diterapkan pada Juli atau semester II 2025.

Lantas, bagaimana rekam jejak keduanya sebelum akhirnya resmi kawin?

Booth Smartfren di DWPX Bali

Photo :
  • VIVA/Zahrotustianah

Booth Smartfren di DWPX Bali

Photo :
Berdasarkan catatan
VIVA Tekno
, XL Axiata resmi mengakuisisi Axis Telekom Indonesia senilai US$865 juta atau Rp8,6 triliun pada 2014, dari pemegang saham mayoritas terdahulunya, Saudi Telecom Company (STC).

Lalu, Smartfren adalah hasil gabungan dari operator Smart dan Fren. Keduanya sepakat menggunakan merek dagang dan logo baru bersama menjadi Smartfren pada 2010.

Perusahaan serupa yang melakukan akuisisi adalah Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri, yang sepakat merger dengan nilai transaksi Rp90 triliun pada September 2021.

Setelah melewati serangkaian proses, penggabungan kedua perusahaan, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) resmi beroperasi per 4 Januari 2022.

Merger ini juga diharapkan akan membuat industri telekomunikasi domestik menjadi lebih sehat, karena kini hanya tersisa tiga pemain besar.

Ketiganya yakni Telkomsel dengan total pelanggan mencapai 158,4 juta pada kuartal III 2024 dan rata-rata pendapatan per pengguna (Average Revenue Per User/ARPU) Telkomsel Rp45.300.

Angka ini sedikit turun dibandingkan raihan akhir tahun lalu, Rp46.500. Informasi saja, semakin tinggi nilai ARPU menjadi indikasi potensi bisnis sebuah operator seluler semakin baik.

Kemudian, IOH dengan jumlah pelanggan mencapai 98,7 juta sampai September 2024 serta ARPU sebesar Rp37,7 ribu atau naik 8,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Karena XLSmart baru resmi beroperasi pada awal semester kedua tahun depan, maka pembahasan masih terbagi antara XL Axiata dan Smartfren.

Hingga akhir September 2024, XL Axiata memiliki jumlah pelanggan 58,6 juta dengan ARPU Rp43 ribu, sementara Smartfren 35,9 juta, sehingga gabungan keduanya menjadi 94,5 juta pelanggan.

XL Axiata.

Photo :
  • XL Axiata

XL Axiata.

Photo :
Soal spektrum, Telkomsel masih menjadi operator telekomunikasi paling agresif.

Kini, anak usaha TelkomGroup tersebut memiliki spektrum frekuensi cukup besar, yaitu 15 MHz di pita frekuensi 900 MHz, 22,5 MHz di pita frekuensi 1.800 MHz, 20 MHz di pita frekuensi 2.100 MHz, dan 50 MHz di pita frekuensi 2.300 MHz.

Untuk mencapai kecepatan internet 5G yang optimal, diperlukan lebar pita minimal 100 MHz.

Sedangkan, untuk XL Axiata, sampai saat ini menguasai spektrum sebesar 90 MHz, yang terbagi menjadi 30 MHz di frekuensi 2.100 MHz, 15 MHz di 900 MHz, dan 45 MHz di 1.800 MHz.

Sementara Smartfren mempunyai total spektrum 62 MHz yang terbagi menjadi 40 MHz di 2.300 Mhz dan 22 MHz di 850 MHz. Secara total, XLSmart punya total spektrum sebesar 152 MHz.

Begitu pula dengan jaringan, di mana Telkomsel punya 235 ribu lebih BTS dan 250 ribu kilometer kabel optik.

Sedangkan, XLSmart punya 210 ribu BTS dengan jaringan serat optiknya 100.710 kilometer, termasuk bawaan Moratelindo milik Smartfren.

Susunan dewan komisaris dan direksi dilakukan saat RUPSLB (rapat umum pemegang saham luar biasa) awal 2025, sekaligus meresmikan pengunduran diri Dian Siswarini sebagai Direktur Utama dan Kepala Eksekutif XL Axiata yang sudah 10 tahun menjabat.

Karena kepemilikan saham XLSmart berimbang, XL Axiata dan Smartfren sama-sama 34,8 persen dan sisanya 30,4 persen oleh publik, agak mustahil kalau dalam satu rumah ada dua penguasa. Satu di antaranya harus mayoritas kendati cuma beda 0,1 persen.