Starlink Elon Musk Bisa Dilumpuhkan dari Dasar Laut

Pendiri SpaceX dan Tesla Inc. Elon Musk meluncurkan dan meresmikan layanan internet Starlink di Puskesmas Sumerta Kelod Denpasar, Bali, Minggu, 19 Mei 2024.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Maha Liarosh (Bali)

VIVA Tekno – Layanan internet berbasis satelit milik Elon Musk Starlink bisa dilumpuhkan dari dasar laut. Hal itu dilakukan oleh kapal selam canggih buatan China yang dilengkapi senjata laser.

Padahal, China sebelumnya bakal menggunakan Anti-satellite weapons (ASAT) untuk memotong komunikasi antara Amerika Serikat (AS) dan Taiwan.

Kemampuan militer terbaru tersebut terungkap dari sebuah studi oleh ilmuwan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), seperti dilansir dari situs SCMP, Selasa, 23 Juli 2024.

Studi ini menyatakan bahwa kapal selam yang dilengkapi senjata laser solid-state berkekuatan megawatt dapat menembak satelit sembari tetap berada di bawah permukaan air dan mengangkat tiang optoelektronik sebelum menyelam kembali ke dasar laut.

Senjata laser berbasis kapal selam dapat meningkatkan kemampuan pertahanan dan memperluas cakupan misi yang dapat dilakukan.

Studi tersebut memperkenalkan kemajuan penelitian senjata laser, menguraikan pengembangan dan penerapan senjata tersebut di AS, dan mengusulkan persyaratan untuk pemasangannya di kapal selam.

Guru Besar Akademi Kapal Selam Angkatan Laut China, Wang Dan, mencermati jenis kapal selam serangan laser dapat diproduksi secara massal dan dikerahkan di lautan untuk melawan ancaman militer terhadap China.

Konsep ini dirinci dalam sebuah makalah yang ditinjau sejawat yang diterbitkan bulan lalu oleh Wang dan tim proyeknya.

Para ilmuwan menyimpulkan bahwa menyembunyikan serangan – daripada menghancurkan satelit – adalah tantangan terbesar dalam operasi anti-satelit. Wang dan rekan-rekannya menulis dalam laporan tersebut.

"Saat ini, sarana utama operasi anti-satelit bergantung pada rudal darat-ke-udara, namun pendekatan ini memiliki masalah tertentu, terutama dalam hal penyembunyian," jelasnya.

Operasi anti-satelit dari permukaan cenderung terdeteksi oleh musuh. Laporan tersebut menjelaskan bahwa peluncuran rudal seringkali meninggalkan jejak asap yang luas.

Menyerang dari lokasi permukaan memudahkan pengungkapan lokasi peluncuran, sehingga menciptakan celah bagi artileri musuh untuk melancarkan serangan, mengutip situs Interesting Engineering.

“Mengambil contoh satelit yang diluncurkan oleh Starlink. Jumlahnya banyak, padat, dan berukuran kecil. Ini yang menjadikan jaringan satelit sangat tangguh. Sekali pun sejumlah besar satelit hancur tapi masih terdapat cadangan yang diperlukan untuk menggantikannya. Karena itu, menggunakan rudal untuk menyerang satelit semacam itu sangatlah tidak efisien. Senjata laser berbasis kapal selam dapat mengatasi masalah ini," tegas Wang.

Untuk melaksanakan misi tersebut, satu atau lebih kapal selam yang dilengkapi laser pada awalnya dikirim ke wilayah maritim.

Mengikuti arahan pimpinan, mereka memasuki wilayah laut yang ditentukan dan menunggu satelit masuk ke jangkauan serangan mereka.

Waktu pengangkatan senjata laser diatur berdasarkan waktu overhead satelit yang diperoleh sebelumnya. Senjata laser diangkat ketika satelit mencapai jangkauan serangan.

"Karena keterbatasan peralatan pendeteksi kapal selam, diperlukan pasukan lain untuk memberikan panduan posisi satelit agar kapal selam dapat menyerang satelit. Setelah serangan selesai, kapal selam dapat menyelam dan menunggu misi berikutnya atau kembali ke pelabuhan asal," papar dia.

Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa Beijing khawatir SpaceX sedang membangun jaringan ‘satelit mata-mata’ untuk Amerika Serikat (AS). Tujuan utama satelit Starlink adalah komunikasi.

Namun, beberapa pakar militer Cina telah menyatakan kekhawatirannya bahwa satelit Starlink di masa depan mungkin membawa muatan tambahan untuk operasi militer seperti interferensi elektronik dan pengintaian.