Begini Cara Kerja Arsenik yang Buat Korban Keok

Arsenik.
Sumber :
  • eKathimerini.com

VIVA – Berabad-abad yang lalu arsenik dikenal sebagai racun yang hampir tidak berbau dan tidak berasa. Arsenik kerap digunakan untuk melawan kelas penguasa di Eropa selama Abad Pertengahan dan Pembaharuan (era Renaisans).

Lalu, bagaimana sejarah keracunan arsenik dan bagaimana cara membunuhnya? Arsenik adalah elemen alami yang didistribusikan secara luas di kerak Bumi, menurut United States Center for Disease Control and Prevention (US CDC) untuk Toxic Substances and Disease Registry.

Arsenik murni biasanya ditemukan di lingkungan yang dikombinasikan dengan unsur-unsur lain seperti oksigen, klorin, belerang, karbon dan hidrogen. Bahkan sering kali menghasilkan bubuk putih atau tidak berwarna, tanpa memiliki bau atau rasa khusus.

Dengan demikian zat ini biasanya tidak dapat dilihat keberadaannya, baik di makanan maupun minuman, menurut situs Live Science, Rabu, 22 Juni 2022.

Secara historis arsenik dikenal sebagai 'raja racun' dan 'racun para raja' karena kekuatan racunnya dan popularitasnya di antara para penguasa yang diam-diam hendak menyingkirkan saingan mereka, menurut sebuah studi 2011 yang diterbitkan dalam jurnal Toxicological.

Saat ini keracunan arsenik lebih cenderung tidak sengaja daripada sengaja. Orang paling sering terpapar arsenik melalui air minum di daerah di mana kadar arsenik dalam mineral terlarut secara alami, menurut CDC.

Sumber lain dari paparan arsenik yang tidak disengaja termasuk kontak dengan tanah atau debu yang terkontaminasi, kayu yang diawetkan menggunakan senyawa arsenik, atau makanan tertentu, seperti nasi dan beberapa jus buah.

Zat ini dapat membahayakan setiap organ dalam tubuh manusia. Dosis besar dapat menyebabkan gejala, termasuk muntah, diare, dehidrasi, syok, irama jantung abnormal dan kegagalan multi-organ yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Efek jangka panjang terhadap kadar arsenik yang tinggi dalam air minum dapat terkait dengan kondisi medis seperti gangguan kulit, peningkatan risiko diabetes, tekanan darah tinggi dan beberapa jenis kanker, termasuk kanker paru-paru dan kulit.