Email Penyumbang Jejak Karbon

Email.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Kemajuan teknologi membuat layanan pesan instan menjadi semakin mudah diakses dan juga cepat, dan dianggap gratis.

Namun, ada kekhawatiran tersendiri di balik itu semua. Seperti diketahui, emisi karbon saat ini masih menjadi masalah besar di dunia. Jejak karbon akan menyebabkan serangkaian dampak negatif bagi alam.

Beberapa di antaranya adalah kekeringan, berkurangnya sumber air bersih, cuaca ekstrem, hingga bencana alam.

Mengutip laman Kementerian ESDM RI, jejak karbon adalah jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan atau aktivitas manusia pada kurun waktu tertentu.

Berbagai aktivitas sehari-hari yang menyebabkan bertambahnya jejak karbon di alam, misalnya penggunaan bahan bakar fosil, polusi kendaraan bermotor, penggunaan energi listrik serta air yang berlebihan, dan lain sebagainya.

Sekilas, antara surat elektronik atau email dan jejak karbon yang dilepaskan ke alam memang sepertinya tidak berhubungan.

Namun, sebenarnya keduanya punya hubungan sebab akibat. Sederhananya, agar bisa mengirim email dari laptop atau ponsel, itu pun membutuhkan energi listrik agar bisa alat tersebut bisa menyala.

Ilustrasi menggunakan internet di laptop.

Photo :
  • Freepik

Selain itu layanan internet untuk mengirim email juga butuh energi listrik. Yang menjadi masalah, sampai saat ini kebanyakan energi di dunia dihasilkan oleh bahan bakar fosil, bukan energi terbarukan.

Energi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil ini akan menghasilkan emisi karbon yang dilepaskan ke alam. Jejak karbon tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah email yang dikirimkan, tetapi juga ukuran lampiran, misalnya foto atau video.

Email yang mengandung foto atau video akan membutuhkan energi lebih besar.

Sebuah penelitian oleh OVO Energy, perusahaan penyedia energi independen di Inggris, pada 2019 menyebut bahwa mengurangi mengirim email yang tak terlalu penting bisa mengurangi produksi karbon hingga 16.433 ton.

Penelitian ini juga menyebut bahwa sekitar 72 persen orang Inggris sama sekali tak sadar kalau ada jejak karbon yang tertinggal dari email yang mereka kirimkan.

"Kami menyimpulkan setidaknya ada lebih dari 64 juta email di Inggris yang tidak perlu dikirim setiap harinya. Email ini hanya dianggap basa-basi, seperti ucapan terima kasih atau sekadar sapaan 'Hai'. Kebiasaan ini menyumbang 23.475 ton karbon per tahun ke jejak karbon di Inggris," demikian keterangan resmi OVO Energy, seperti dikutip dari situs Deutsche Welle, Senin, 16 Mei 2022.

Lalu, berdasarkan data Carbon Brief, Indonesia menempati posisi kelima penyumbang emisi karbon terbesar di dunia (4,1 persen).

Posisi pertama ditempati oleh Amerika Serikat (20,3 persen), posisi kedua China (11,4 persen), ketiga Rusia (6,9 persen), dan keempat ditempati Brasil (4,5 persen).